Popular Post

Posted by : Taiyou Atsuya Jumat, 05 Juli 2013

Layaknya sebuah tayangan video, gambar-gambar bergerak, yang berwarna dengan efek-efek yang diberikan, itu mulai terlihat semakin jelas. Menampakkan sosok-sosok yang sudah tidak asing lagi di mata Tenma.

Gestur dari gadis kecil yang berputar senang di tempatnya berdiri, rambut abu-abu panjangnya yang menari dengan luwes, dengan senyum ceria yang diberikan tampak pada pandangan Tenma. Sosok manis yang disukainya saat masih kecil—sekarang pun masih sama.

Sosok itu kemudian berlari menjauh dengan diikutin empat sosok yang lain. Berlarian di sepanjang jembatan, berlomba untuk siapa yang sampai paling cepat di tempat mereka biasa bermain.

Dan pemandangan itu hanya sekelebat. Menampakkan sedikit kejadiannya, kemudian berhenti dan digantikan oleh gambar-gambar bergerak yang lainnya.

—Saat mereka berlima berkunjung ke rumah sakit untuk menjenguk Ibunda Tenma.
Waktu itu musim semi. Kelopak sakura terlihat menari karena hembusan angin yang lembut. Saat-saat dimana sakura mekar dengan sempurna. Menghiasi jalanan dengan warna pink segar yang menyejukkan.

Dari tempat parkir mobil yang berada tidak jauh dari jendela kamar Ibunda Tenma dirawat, mereka berlima melambaikan tangan. Menyapa sang wanita, dengan senyum ceria yang terkembang pada masing-masing wajah polos mereka. Wanita yang ada dalam ruangan pun membalas salam mereka. Dengan balas tersenyum.

Senyum lembut yang selalu disukai para anggota Chou Heiwa Buster.
Dalam perjalanan pulang, mereka terlibat percakapan. Dimulai dari ide Azuna yang berniat untuk mengirimkan surat kepada Tuhan di atas sana. Meminta supaya Ibunda Tenma diberikan kesembuhan.

Sang pemimpin dari Chou Heiwa Buster sempat bingung, karena memang tidak tahu cara mengirim surat kepada Tuhan. Namun Kurita tiba-tiba menyahut sambil mengarahkan telunjuknya pada sebuah papan yang berada tidak jauh dari mereka berdiri.

Di sana terdapat sebuah poster mengenai hanabi. Sebuah pesta kembang api yang selalu ada pada saat festival musim panas.

Dan mereka berpikir, mengirimkan surat dengan menggunakan kembang api yang akan terbang tinggi itu mungkin bisa menyampaikan surat mereka kepada Sang Pencipta.
Meski sedikit tidak mungkin, mereka memutuskan untuk membuatnya. Dengan peralatan, bahan-bahan, dan pengetahuan seadanya, mereka berlima berjuang membuat sebuah kembang api raksasa.

Memang butuh beberapa hari, namun setelahnya, mereka bisa puas melihat hasilnya. Hanya tinggal disulut dengan api, kemudian kembang apinya dapat terbang tinggi ke langit.

.
.
.
.
.
.

Tenma membuka matanya ketika sinar matahari menerobos melalui celah jendela dan korden, lalu mengintip masuk pada matanya yang tidak sepenuhnya tertutup. Ia mengerjapkan mata beberapa kali sebelum akhirnya terbangun dan sadar ada sebuah aliran kecil di pipinya.

Pemuda itu melihat ke sekeliling kamarnya. Ya, ia sekarang hanya sendiri di kamar itu. Padahal sebelumnya, ada sosok 'penampakan' Azuna yang selalu menemaninya di dalam kamar. Entah selalu berteriak membangunkan, atau semacamnya.

Setelah mengumpulkan nyawanya, Tenma beranjak dari kasurnya, menuju kamar mandi untuk membersihkan muka. Tanpa perlu Azuna menyuruh pun, ia sudah mau untuk kembali bersekolah.

Waktu terus berjalan. Jam-jam pelajaran harus dilalui Tenma dengan penuh kesabaran karena rasa kantuk yang menyerangnya tak kunjung berakhir. Berkali-kali ia hampir ketahuan guru karena tertidur di kelas. Rasa kantuknya baru hilang ketika Lilly yang duduk di belakangnya memberitahu bahwa sepulang sekolah, Taiyou dan yang lainnya mengajak bertemu.

------------

Terdengar sayup-sayup suara dari pondok kecil yang berada di bukit. Sebuah rumah yang menjadi tempat rahasia tim Chou Heiwa Buster. Seringnya terdengar suara Lilly dan Kurita. Sesekali terdengar suara tertawa dari Aguri, dan kekehan pelan dari Taiyou. Sementara Tenma hanya terdiam. Teringat dengan mimpinya semalam.

"Ada apa, Tenma Kau sakit?" tanya Kurita yang langsung menyadarkan Tenma dari lamunannya. Ketiga temannya yang lain turut mengarahkan pandangan mereka pada Tenma.

Terdiam sebentar. Sang leader itu terlihat berpikir. Agak lama, barulah Tenma membuka suara.

"Semalam, aku bermimpi. Mimpi dimana saat-saat kita masih kecil. Waktu menjenguk Ibuku di rumah sakit. Saat itu Azuna mengatakan ingin mengirim surat pada Tuhan dan meminta supaya Ibuku sembuh, kan? Aku hanya berpikir—"

"Aku juga... bermimpi hal yang sama denganmu," potong Taiyou sebelum Tenma menyelesaikan kalimatnya. Yang lain terdiam. Barang beberapa lama, barulah Lilly ikut menyahut.

"Aku... juga." Lalu diiringi pernyataan yang sama dari Aguri dan Kurita.
Semuanya terdiam dan saling menatap satu sama lain.

"Nande? Sepertinya kita semua merindukan Azuna, ya?" ujar Kurita.

Semuanya kembali terdiam. Suasana hening melingkupi ruangan itu. Dan semuanya berkutat dengan pikirannya masing-masing.

"Bagaimana jika kita membuat lagi kembang api yang waktu itu, dan kita menyelipkan surat itu di sana agar sampai pada Azuna di atas sana?" Tenma membuka suara. Yang lain hanya memandang pada Sang Ketua.

Suara kekehan Lilly memecahkan semuanya. "Kau benar. Sama seperti yang kita lakukan waktu itu."
.
.
.
.
.



Untuk Azuna,

Bagaimana keadaanmu di sana? Apa kau baik-baik saja? Apakah orang-orang di sana memperlakukanmu dengan baik?

Kalau kau masih di sana, kau pasti dapat melihat apa yang kita lakukan sekarang, kan? Kau tahu kami di sini begitu merindukanmu. Jika kau telah berreinkarnasi, jangan lupakan kita, ya. Kalau bertemu dengan kami dalam sosokmu yang baru, beritahulah kami. Supaya kita bisa bermain bersama lagi. Dan Super Peace Buster bisa kembali lengkap.

Kami menyayangimu.
Tertanda,

Super Peace Buster

Dan dalam hitungan ketiga, sumbu api disulut. Kemudian meluncurkan kembang api raksasa itu ke atas.

Sebuah kembang api sederhana, dimana tidak memerlukan banyak uang untuk membuatnya. Tidak perlu juga memberitahu tetangga bahwa mereka akan meluncurkan kembang api. Mereka meluncurkannya diam-diam. Di bukit, di tempat yang sama saat mereka meluncurkan kembang api demi mengirimkan surat kepada Tuhan.

Namun sekarang, tujuan surat itu adalah Azuza Hanako—bukan, tetapi Azuna, sahabat mereka.

End

Yak, fanfict lagi, sehari sekali bikin fanfict nih ceritanya :v Kali ini fanfictnya terinspirasi dari anime lawas yang berjudul Ano hi Mita Hana no Namae wo Bokutachi wa Mada Shiranai (We Still Don't Know The Name Of The Flower We Saw That Day) disingkatnya sih cuman AnoHana doang *anjir namanya panjang betul :v* yang bercerita tentang persahabatan 6 orang sahabat sejak kecil yangsalah satunya udah meninggal gara-gara "kecelakaan". Dan itu anime Endingnya sedih betul, kalo ga percaya nontonlah :'3. Nah Super Peace Buster itu adalah nama geng mereka waktu masih kecil.

Fanfict pertama yang genrenya Drama, Slice of Life nih :3 meskipun masih pendek banget sih :v

Oke nih Chara nya:
-Tenma Yadomi: Torin Kaitani
-Taiyou Matsuyuki: Gue (gue bukan tokoh utama lagi :v)
-Aguri Tsurumi: Anggrid
-Azuza Hanako: Asni (maaf nak di cerita ini kamu jadi orang yang udah meninggal :3)
-Naruko Lilly: Laras
-Kurita Hisakawa: Luthfi (gue pilih dia karena dia yang badannya paling besar di kelas :v)






Oowari~ :3

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Boku no Story Da! - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -