Popular Post

Posted by : Taiyou Atsuya Kamis, 04 Juli 2013

Suara derap langkah itu memecah kesunyian malam di asrama bulan Cross Gakuen. Ryou Hanabusa memandang keluar jendela, asyik memperhatikan Aguri yang sedang patroli tanpa mempedulikan gurunya yang sedang menjelaskan tentang keturunan vampir di Rumania.

"Aaah…sepertinya enak ~" desah Ryou saat melihat angin malam menyibak rambut yang menutupi leher Aguri. Ryuuta, sepupunya mencolek bahunya.

"Pak guru melihatmu tuh," bisik Ryuuta. Ryou mencibir mendengarnya namun akhirnya dia ikut memperhatikan pelajaran. 

"Membosankan," keluhnya seraya menguap lebar.

Sementara itu Aguri mulai lelah keliling sekolah. 

"Hah ~ capeknya! Sudah jam 2 pagi. Aku tidak kuat lagi," gumamnya sambil menatap langit. 

Angin malam bertiup mengantarkan aroma dingin yang menusuk. Mata Aguri mulai terpejam. Hari ini dia ngantuk sekali karena tadi siang ada tes kebugaran dan lelahnya baru terasa sekarang. Tidak apa-apa kan' kalau aku istirahat sebentar? pikirnya sembari menyandarkan tubuh ke salah satu batang pohon sakura.

Tiba-tiba ada aroma lain yang tercium samar-samar. "Bau darah!" seru Aguri sambil berdiri tiba-tiba setelah bangun dari tidur singkatnya. Dia langsung menyambar tongkatnya dan berlari mengikuti bau anyir dari kejauhan itu. Pikirannya melayang menuju Taiyou. Gawat kalau Taiyou harus menghadapi penyerangan itu sendiri! Bagaimana ya perasaannya saat mencium bau darah seperti ini? Semoga dia tidak tiba sebelum aku tiba! pikir Aguri.

Tapi saat tiba dihalaman belakang Asrama Bulan, tempat terciumnya bau darah tersebut, ternyata Taiyou sudah tiba duluan. Dia mengacungkan Bloody Rose Handgun kearah seorang vampir level E yang sedang memeluk tubuh seorang anak perempuan dari Day Class.

"Vampir busuk," ujar Taiyou sambil menatap vampir itu dengan tatapan jijik. Yang ditatap bukannya takut malah tertawa.

"Hei bocah! Kau mengerti apa yang baru kau katakan, hah? Kau juga sama sepertiku! Sama-sama vampir rendahan!" seru vampir itu disusul tawa gila yang keluar dari mulutnya. Taiyou terpaku mendengarnya. Tatapan matanya kosong. Aguri langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk berdiri diantara mereka sambil merentangkan tangannya. 

"Hentikan!" pekiknya sekuat tenaga. 

Walau kakinya gemetar, dia tetap bertahan ditempatnya. Vampir tua itu tertawa lagi.

"Hoo…mau jadi penyelamat ya, nona guardian? Kasihan sekali kau bocah, saking lemahnya sampai-sampai harus dilindungi seorang wanita," ejeknya sambil melirik Taiyou.

Tiba-tiba Taiyou menekan pelatuk pistol pembunuh vampirnya yang terarah tepat ke kepala si vampir tua. Dziing! Peluru perak melesat dan lewat tepat di bawah lengan kanan Aguri yang terentang. Tawa vampir itu berhenti, wajahnya berubah angker sebelum seluruh tubuhnya lenyap bagaikan debu yang ditiup angin. Aguri langsung lemas dan terduduk di tanah. Wajah tertawa vampir itu mengingatkannya pada vampir yang 10 tahun lalu hampir membunuhnya. Bayangan mengerikan itu muncul lagi. Saking ngerinya, Aguri tak bisa berdiri karena seluruh tubuhnya gemetaran tiada henti.
Taiyou berjalan menghampirinya.

"Kau…"

"Taiyou tidak apa-apa?"

Sebelum dia sempat bertanya, Aguri sudah keburu bertanya duluan padanya.

"Kau tidak terluka kan'? Ada yang sakit?" tanya Aguri bertubi-tubi. Taiyou tertawa mendengarnya.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu," ujarnya lembut. Aguri menatapnya dengan penuh perhatian. Taiyou tak mengerti kenapa Aguri menatapnya seperti itu.

"Taiyou lapar kan'?"

Deg! Kenapa dia bisa tahu? batin Taiyou.

"Mencium bau darah sebanyak itu pasti rasanya tak tertahankan bagimu," lanjut Aguri yang seolah bisa membaca pikiran Taiyou. Taiyou memalingkan wajahnya kearah siswi Day Class yang dihisap darahnya tadi tergeletak.

"Kita harus membawanya ke kepala sekolah untuk memodifikasi ingatannya," ujarnya, jelas-jelas berusaha mengalihkan perhatian.

Walau menyadari hal itu tapi Aguri tak punya pilihan lain selain setuju karena prioritas utama saat ini adalah menyelamatkan siswi itu.
Setelah membawanya ke tempat kepala sekolah Kurosu, Taiyou dan Aguri kembali berpatroli, kali ini berdua. Nafas Taiyou agak berat karena dia lapar darah tapi dia berusaha bertahan. Aguri menyadari hal ini.

"Kenapa kau tidak bilang saja?" tanya Aguri dengan nada putus asa.

"Bilang apa?"

"Bilang kalau kau mau darah!"

Sejenak Taiyou kelihatan kaget tapi dia langsung bisa bersikap biasa.

"Kau jangan sok tahu," ujarnya dingin. Aguri berdiri dihadapannyadan menatap matanya lurus-lurus.

"Taiyou tidak bisa bohong padaku. Aku tahu apa yang kau pikirkan hanya dengan menatapmu," ujar Aguri penuh keyakinan. Taiyou tak bisa lagi membantah. Dia hanya bisa memalingkan wajah.

"Aku benci pada Taiyou!"

Tiba-tiba saja Aguri merajuk. Dia membalikkan badan dan mulai mengomel. 

"Selalu saja…Taiyou selalu ingin menaggung beban sendirian! Aku memang tidak bisa diandalkan, tapi kalau cuma darah aku bisa memberikannya padamu!" omelnya dengan bahu bergetar menahan tangis.

Dia tahu Taiyou bukan orang yang suka tergantung pada orang lain tapi tetap saja sakit rasanya kalau diperlakukan seolah tak berguna seperti itu. Pelan-pelan Aguri mulai berjalan pergi. Dia tak tahan berada di dekat Taiyou yang sedang introvert seperti ini. Mungkin saat ini lebih baik aku pergi, pikir Aguri.

"Jangan benci padaku."

Taiyou memeluknya dari belakang sehingga langkahnya terhenti. Aguri bisa merasakan bahwa lengan yang sedang memeluknya itu bergetar.

"Aku menolakmu karena aku tahu kau pasti sedang teringat peristiwa 10 tahun lalu setelah melihat vampir tadi. Kau pasti takut kalau aku menghisap darahmu saat sedang teringat kenangan buruk itu. Karena itu…karena itu…tolong, jangan benci padaku."

Raut wajah Aguri melembut. Ternyata begitu, batinnya lega. Dia mengusap lengan Taiyou yang sedang memeluk pinggangnya.

"Mana mungkin aku bisa membenci Taiyou? Taiyou adalah orang yang berharga bagiku," bisik Aguri.

Taiyou mempererat pelukannya.

"Tapi…aku tidak bisa selalu bersamamu. Suatu hari nanti…aku akan tenggelam di dunia kegelapan abadi. Itu adalah takdir yang sudah pasti untukku. Kau…kau tidak boleh menganggapku berharga," ujar Taiyou dengan suara bergetar. Aguri terus mengusap tangannya dan kembali berbisik,

"Kalau begitu aku juga akan ikut ke dunia kegelapan yang menjadi takdir Taiyou karena aku tidak mau Taiyou kesepian disana."

Taiyou tak mampu lagi menahan airmatanya. Dia menangis tanpa suara. Betapa dia sebenarnya mencintai gadis ini. Betapa dia ingin selalu melindungi gadis ini. Betapa inginnya dia membuat gadis ini bahagia. Tapi sekarang dia malah menyeret Aguri ke dunia kegelapan yang akan dijalaninya nanti. Brengseknya lagi, Taiyou sama sekali tidak bisa dan tidak ingin mencegah Aguri ikut ke dunia itu bersamanya. Jauh di dasar hatinya, dia ingin selalu bersama Aguri  Kapanpun. Dimanapun. Di dunia manapun. Dia sadar cintanya ini egois dan terlarang, tapi…

Dia sangat mencintai Aguri.

Cintanya sudah sedemikian besar sampai rasanya Aguri hancur karena cinta itupun tak apa. Taiyou sangat menbenci pikirannya itu. Kenapa? Kenapa aku dan Aguri harus memiliki takdir seperti ini? Kenapa aku vampir dan dia manusia? Kenapa? pikirnya penuh penyesalan. Tiba-tiba saja dia merasa menyesal telah dilahirkan di keluarga pemburu vampir, hal yang dulu amat dia banggakan. Seandainya aku terlahir di keluarga biasa, pasti keluargaku tidak akan dibantai vampir. Aku tak akan jadi korban Viene Shizuka. Dan…Azuna…akan tetap menjadi adik yang manis, bukan manusia pendendam seperti sekarang. Dan yang terpenting…masa depanku dan Aguri tak akan segelap ini.

Aguri menyibak rambut yang menutupi lehernya supaya Taiyou tak ragu lagi menghisap darahnya. Seolah menurut, pelan-pelan Taiyou menunduk dan membenamkan taringnya di leher kiri Aguri  Dia tahu hal ini menjijikan, tapi dia tak tahan lagi. Keinginannya akan darah Aguri telah menyingkirkan rasa jijik itu jauh-jauh. Aguri mengaduh sedikit tapi langsung diam. Kalau dia menunjukkan rasa sakitnya, Taiyou bisa melepaskan lehernya sebelum kenyang dan dia tidak mau hal itu terjadi. Hanya aku yang bisa menolong Taiyou disaat seperti ini. Ah, bukan, hanya ini satu-satunya hal yang bisa kulakukan untuknya, batin Aguri.
Malam semakin kelam. Aroma darah yang menyengat ditiup angin jauh-jauh, menuju dunia dimana semua dosa yang terjadi malam ini akan dipertanggung jawabkan kelak.
.
.
.
Dunia kegelapan.

OOWARI~

Yak Fanfict lagi saat liburan. Udah 3 jam kayaknya ngabisin waktu di depan Laptop buat beginian :3
Pas liburan gue malah jadi Author dadakan nih, biar ga tidur terus selama liburan *gue liburan ngebo mulu :v*, sekaligus request seseorang juga sih :3

Here are the Characters:
-Taiyou Kiryuu: Gue
-Aguri Kuran: Anggrid
-Azuna Kiryuu: Asni
-Ryou Hanabusa: Priyo *orangnya sok-sokan sih*
-Ryuuta Akatsuki: Ryan *entah kenapa gue kepikiran dia buat jadi sodaranya Priyo*
-Viene Shizuka: Vita *maaf mama, kamu tak jadiin orang jahat disini :3*



Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Boku no Story Da! - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -