- Back to Home »
- Fan Fiction , Tenager XG »
- Violin Prince no Love
Posted by : Taiyou Atsuya
Senin, 10 Juni 2013
Percikan kemilau cahaya mentari senja menyinari wajahnya. Hembusan angin lembut menghempas helai demi helai rambutnya. Tangannya yang bersuhu dingin perlahan menyentuh pipi merah gadis yang duduk di sampingnya. Gadis itu tidak sedang sakit. Ada suatu perasaan lain yang ia sendiri tak yakin perasaan apa itu. Yang ia tahu, ia merasa nyaman sekaligus resah.
Mata pemuda berambut biru muda itu tertuju lurus ke mata sang gadis. Perlahan bibirnya menekuk membentuk sebuah senyuman. Ia jarang tersenyum. Sangat jarang. Hanya dihadapan gadis ini, ia lakukan itu. Ya, hanya untuk ia seorang.
"Ne~ Rennato-kun, apa yang sedang kau pikirkan sekarang?" gadis itu bertanya menanggapi tatapan ditambah bumbu senyuman yang diberikan Rennato.
"Apa lagi yang akan aku pikirkan, Kaho?" dia tidak menjawab dan malah bertanya balik. Ia masih tersenyum sambil mengusap lembut pipi Aguri. Tidak terlihat kalau ia menahan rasa sakit yang begitu memilukan.
––– Asalkan berdua
––– Walau singkat
––– Aku ingin memanfaatkan segala waktu yang ada
Tapi harapan Rennato pupus sudah. Gadis itu melihat jam tangan yang berada di pergelangan tangan kirinya.
"Ah, aku harus pergi... Kazuki-senpai menungguku." Kata Aguri sambil mencium lembut kening Rennato.
Mendengar gadis itu menyebut lelaki lain dengan namanya membuat dadanya terasa sesak.
––– Mengapa kau tak pernah menyebut namaku seperti engkau menyebut namanya?
––– Apakah lidahmu terlalu kaku untuk mengeja namaku?
––– Apa sebegitu susahnya kah namaku yang hanya terdiri dari tiga huruf?
Jeda timbul di waktu yang sudah sempit ini.
"Kau, apa kau akan kembali?" kedua iris Rennato terlihat lebih kelabu dari biasanya.
"Tentu saja. Aku akan senang sekali kalau Rennato-kun ingin mengajariku banyak hal tentang musik." Katanya sambil merapihkan barang-barangnya dan berdiri.
Tangan kanan Rennato meraih tangan kanan Aguri. Ia mengecup punggung tangan Aguri dan menatapnya.
––– Bukan, bukan itu yang ku maksud!
Rennato hanya bisa menjerit dalam hati. Ia berharap, gadis itu mampu mengetahui arti dibalik tatapannya itu.
"Aku pergi dulu ya!" Kata Aguri sambil tersenyum lebar dan pergi. Ia mengabaikan tatapan Rennato. Seakan-akan ia tidak mau mempercayai akan fakta yang dipaparkan Tuhan padanya. Takutkah ia? Atau malah... Senangkah ia melukai perasaan pemuda ini?
Aguri telah menghilang dari hadapan Rennato.
Telapak tangan kanan Rennato menyentuh dada bidangnya *tunggu, dada bidang? gak salah tuh?*. Ia remas seragamnya. Berharap perasaan perih ini akan hilang.
Andaikan ia tak terlahir irit bicara. Andaikan ia mampu memberi ekspresi lebih dan berbicara banyak seperti salah satu senior-nya (Ryouta Kazuki). Padahal ia sudah sering berlatih di depan cermin. Ia juga sudah membaca buku-buku bahkan konsultasi ke psikolog. Namun, tetap saja tidak bisa. Setiap kata yang ia tuturkan selalu berakhir menyakiti siapapun yang mendengar. Walau kadang ada yang merasa tidak tersinggung, namun tetap saja tidak ada yang mengerti maksud perkataannya. Tidak ada yang mampu mengerti dia. Dia sangat membenci hal itu.
Dan kini, saat ia sedang menyukai seseorang. Begitu sulit baginya untuk mengatakan beberapa patah kata yang sederhana.
Ia berdiri dari tempatnya. Mengambil biolanya dan meletakannya dengan sempurna di atas bahu kirinya. Tangan kanannya meraih bow nan ramping. Ia menarik napas sebentar lalu memejamkan matanya.
––– Aku berharap musik mampu menyampaikan perasaanku padamu.
Doa itulah yang selalu ia ucapkan dalam hati sebelum memainkan biolanya.
Ia selalu melakukannya setelah ia bertemu dengan Aguri. Seakan-akan itu adalah kegiatan rutin yang harus ia lakukan. Berdoa. Agar perasaannya sampai pada gadis itu.
Christy muncul dari balik tembok. Suara langkah Christy membuat Rennato menghentikan permainannya.
"Menguping bukanlah sesuatu yang baik, Chris." Rennato menatap tajam rival abadinya.
"Bukan keinginanku untuk mendengarkan pembicaraanmu dengan Aguri." Christy mengusap ubun-ubunnya.
"Seharusnya kau katakan saja langsung padanya. Kau tertinggal jauh dari Ryouta-senpai." Christy memberikan senyuman, mengejek.
"Bukan urusanmu." Rennato mengabaikannya. Ia merapihkan biolanya dan beberapa partitur musik yang berserakan di atas bangku.
"Dengan sifatmu yang seperti itu, bagaimana bisa kau memiliki Aguri?" Christy tertawa hambar melihat betapa parahnya Rennato apabila berhubungan dengan perasaan. Terutama perasaannya terhadap Aguri.
"Dia bukan milikku. Aku tidak bernilai cukup untuknya." Ia berhenti sejenak. Ia menarik napas panjang.
"Lagi pula, seperti yang kukatakan sebelumnya. Ini semua BUKAN urusanmu." Rennato melanjutkan.
"Huwaaa! Aku takut sekali!" Christy tertawa mengejek lalu pergi meninggalkan Rennato sendirian di atap sekolah *bukan atap genteng lho ya*.
Rennato terdiam. Ia letakan biolanya di atas bangku. Ia biarkan partitur itu berada di posisi yang sama seperti sebelumnya. Ia melangkah maju. Ia melipatkan kedua tangannya dan meletakannya di atas besi pembatas yang dingin. Matanya terarah ke seorang gadis berambut merah. Aguri Kahoko.
Gadis itu tertawa riang dengan seorang pemuda berambut hijau di sampingnya. Ryouta Kazuki, seniornya.
––– Apa ia akan tertawa seperti itu apabila bersamaku?
Ia terus memperhatikan mereka berdua selama beberapa saat. Akhirnya, ia memutuskan untuk pulang. Ia butuh istirahat.
Keesokan harinya ia berada di tempat yang sama. Atap sekolah.
Ia habiskan waktu istirahatnya di sana. Untuk merenung.
Suara pintu terbuka membuat Rennato melihat siapa yang mengganggu waktu istirahatnya.
––– Ia tersenyum malu
––– Apakah itu benar-benar untukku?
Aguri melangkah sambil menunjukan sebungkus roti yang ia pegang di tangannya.
"Rennato-kun, ini untukmu! Sebagai tanda terimakasih karena telah mengajariku banyak hal. Mungkin tidak seberapa sih..." Aguri tertawa sambil mengulurkan tangannya, memberi roti itu.
Tsukimori mengambilnya.
Di tempat lain. Christy dan Ryouta berjalan berdampingan. Seperti biasa, Ryouta selalu memasangkan wajah cerianya. Christy merasa tidak keberatan dengan tingkah laku seniornya.
"Aku tidak sabar! Kita Akan bermain Trio! Pasti akan menyenangkan!" Seru Ryouta.
"Ahaha, ya. Tapi, apa kita harus memberitahu Aguri sekarang juga?"
"Tidak apa, semakin cepat semakin baik. Kaho-chan pasti akan sangat senang mendengarnya!" Ryouta semakin terlihat bersemangat.
Christy hanya tertawa hambar.
Mereka bertiga akan melakukan Trio. Kanazawa-sensei baru saja menginformasikannya melalu Ryouta kalau mereka akan tampil saat kelulusan nanti. Ryouta sangat senang sekali. Saat-saat terakhirnya di sekolah ini bisa ditutup dengan manis oleh penampilannya bersama Aguri –kekasihnya.
"Ah, Kaho-chan tidak ada di kantin ataupun ruang musik."Keluh Kazuki.
"Mungkin dia ada di atap. Biasanya kan dia di sa–––" Christy menyadari kesalahan terbesar yang ia buat. Seingatnya, Hino selalu menghabiskan waktunya di atap bersama satu makhluk tambahan. Rennato.*duh makhluk ini bego banget sih - -"*
"Benar juga! Kau hebat sekali Christy!" Hihara langsung menarik lengan Christy dan melesat begitu cepat.
Rennato menghabiskan roti pemberian Aguri. Aguri tak sekalipun mengedipkan kedua matanya karena begitu senang. Rennato melipat plastik pembungkus roti tadi dan memasukannya ke dalam saku celananya.
"Bagaimana? Enak?" Tanya Aguri.
"Hn," jawab Tsukimori dengan singkat. *sebenernya dalam hati sih: "Anjir enak banget kok Aguri, apalagi dari kamu"*
Hembusan angin menerpa rambut mereka. Atap sekolah saat istirahat memanglah sunyi.
"Aguri, apa kau mau memaafkanku?" Rennato membelai helai demi helai rambut merah cerah Kahoko.
"Kamu tidak pernah salah, mengapa kamu memintaku memaafkanmu?" Kahoko bertanya dengan tatapan polosnya.
"Maaf karena pernah meninggalkanmu tanpa memberitahumu langsung."
"–––Kalau aku menjadi dirimu, mungkin aku akan melakukan hal yang sama. Mengatakan selamat tinggal bukanlah hal yang mudah, bukan?" Aguri mengulas sebuah senyuman.
Ia tahu rasanya. Semenjak kepulangan Rennato, ia selalu ragu akan perasaannya. Ia begitu menginginkan Rennato. Ia ingin ikatannya dengan Rennato bukan sebatas teman saja. Ia ingin lebih. Tetapi ada sebuah ikatan antara ia dan Ryouta. Ingin sekali ia mengatakan 'Selamat tinggal' dan beralih ke Rennato. Tapi, begitu sulit baginya untuk mengatakan hal itu.
Tangan Rennato beralih ke pipi Aguri.
"Apa boleh, aku memilikimu?" Pandangan hampa Aguri kini tertuju ke iris emas milik Rennato. Perkataan Rennato barusan mengagetkannya.
Ia tidak bisa berbohong kali ini. Ia tidak pernah bisa berbohong di hadapannya.
Dengan sebuah anggukan, ia telah memilih sebuah keputusan yang mengubah takdirnya kelak.
Rennato memeluk tubuh Aguri dengan lembut. Ia letakan tangannya di dagu Aguri. Ia buat wajah Aguri terangkat sehingga mata mereka bertemu.
Aguri melingkarkan tangannya di leher Rennato. Tanda ia mengizinkan tindakan Rennato selanjutnya.*selanjutnya? ini mencurigakan sekali dan sangat ambigu*
"Christy, kira-kira lagu apa yang akan kita mainkan?" Ryouta bertanya dengan nada yang riang.
"Hh, sesuatu yang menyenangkan dan mengekspresikan perpisahan. Piano Sonata No. 8 in C minor, bagaimana?" usul Christy.
"Bukankah nadanya terlalu sendu?" Ryouta mencoba mengingat-ingat bagaimana nadanya. Tangannya membuka kenop pintu. Tak sabar bertemu dengan Aguri.
"Kita bisa melakukan aransemen di beberapa ba––– Ryouta-senpai?" Christy menengok ke arah seniornya yang mendadak pasif.
Aguri memejamkan kedua matanya. Ia menyadari suara orang di luar sana. Ia sudah tahu, konsekuensi apa yang akan ia dapatkan nantinya. Ia akui, ia salah.
Rennato mengabaikan suara-suara yang ada. Hanya deru napas serta degup jantung milik merekalah yang ia ingin dengar.
Suara pintu terbuka. Namun ia abaikan seakan-akan ilusi belaka.
Ia letakan bibirnya perlahan di bibir Aguri. Menikmati setiap waktu sempit milik mereka berdua.
Terkadang cinta tak hanya berisikan hal-hal manis belaka
Ada kalanya, cinta berisikan rasa penyesalan dan penuh kesedihan
Lamentando
Penuh Kesedihan
-end-
Owari~
Akhirnya fanfictku yang ketiga yang aku buat di tengah-tengah medan perang "UKK" *bukannya belajar malah bikin ginian - -"*
sekedar buat penyegaran otak aja sih sebenernya.
Oke ini dia para Karakter:
-Rennato Aquila: Gue sang Author
-Aguri Kahoko: Anggrid
-Christy Ryoutaro: Chandra
-Ryouta Kazuki: Priyo <-- jadi Kazuki karena paling persis ama aslinya XD
Thanks for Read, Don't Like, Dont Read :3