Popular Post

Posted by : Taiyou Atsuya Sabtu, 08 Juni 2013

Saat ini aku sedang duduk termenung di atas ayunan sebuah taman yang tak jauh dari sekolahku dulu, SMA Kaijou dan tentu saja SMA Teikoku juga.

"Haaaahh…" aku menghela nafas panjang sambil bergumam lirih. "Sudah tiga bulan ya…

"Aku kangen,"

Rewind…

"Semua udah disiapkan? Perlengkapannya nggak ada yang ketinggalan? Baju? Seragam? Sepatu?" dikte Kak Lilly, seperti biasa.

"I… iya, udah lengkap semua, Kak," jawab Taiyou.

Hari ini, kami *aku, Aguri Taki dan anggota Alexanders lainnya* akan melepas kepergian Taiyou yang akan belajar di Amerika di akhir masa SMA-nya.

Hah… kenapa aku jadi sekesal ini ya melihat Taiyou pergi? Bukankah seharusnya aku senang melihat dia bisa mencapai impiannya itu?

"Aguri-chan, ada apa? Kok diam saja dari tadi?" Kak Lilly membangungkanku dari luapan perasaan aneh yang baru saja menyelimutiku. 

"Kamu nggak mau memberi salam buat Taiyou, dia sudah mau masuk ke pesawat tuh,"

Mataku kualihkan dari wajah Kak Lilly ke arah Taiyou. Ia juga membalasnya dengan senyuman. Duh, malunya, kurasa sekarang mukaku memerah dan panas. Lalu kutundukkan saja kepalaku menghindari tatapan matanya yang teduh itu untuk menahan malu dan mengucapkan salam perpisahan yang lebih tepatnya disebut bisikkan. "Se… selamat tinggal, Taiyou. Se… semoga kau bi.. bisa menjadi atlet yang hebat," bisikku.

"HA?!"

"HAA?!"

"HAAA?!"

"Kamu ngomong apa Agu…"

Potongan kalimat Nekouta, Christy, Avreim dan Kak Lilly, dilanjutkan dengan…

DOR!DOR!DOR!

"Kau ini ngomong apa cheer sialan?! Aku saja tidak dengar apalagi si cebol sialan yang jauh itu!"

Kak Ryou! Ini sudah benar-benar keterlaluan! Gara-gara tembakan AK-47 atau apalah dia pernah menyebutnya, aku terpaksa berjingkrak-jingkrak menghindari peluru nyasarnya itu, dan berhasil... bagian bawah in-line skateku tersandung lantai dan…

Bruk!

"Hahaha… nice catch, monseurius Taiyou,"

Hah?! Taiyou?!
Saat kualihkan pandanganku ke atas ternyata benar. Taiyou yang menahanku agar tidak jatuh langsung ke lantai.

Blush!

Mukaku pasti lebih merah dari yang tadi. Aduh, Taiyou… kenapa harus ditahan gini sih?
Dari belakang terdengar sorakan-sorakan menggila dan siulan-siulan aneh yang intinya..

"Ciee… Aguri-Taiyou… long last ya!"

Atau

"Tabah ya, Aguri, ditinggal Taiyou…"

Atau

"Taiyou. Jangan lirik-lirik cewek Amerika yang lebih sexy ya, kasian Aguri udah rela ditinggal,"

Blush!

Bikin malu aja nih. Aduh, bisa diem sedikit nggak sih?

"Hahaha… Adikku yang manis, kakak akan menemanimu sampai Taiyou kembali. Biarpun Taiyou kembali dengan cewek Amerika, kakak akan mencarimu penggantinya, kok. Tenang saja,"

Ctik!

Kakak ini! Mau main-main ya?!

"Enak aja. Aku nggak bakal ngelirik yang lain, kok!" teriakku dan Taiyou bersamaan.

Huuuuuuaaaaaa! Kiamat datanglah dan bunuh aku sekarang! Kenapa bisa sampai teriak begitu segala sih. Ditambah lagi, Taiyou juga?

"Kekekekekeke… ternyata ada pasangan baru disini,"
Ceklek. Kak Ryou memasang pelurunya dan mulai menembak-nembak lantai lagi asal.

"Manager sialan ayo buruan, bentar lagi ada latihan jangan main mulu, si Kera(enma) udah nunggu di depan mata, ayo cabut!" Kak Ryou menarik paksa Kak Lilly.

Masih dengan tembakannya yang menggila satu-persatu kerumunan didepan kami –aku dan Taiyou- pergi. Maksudnya apa sih, Kak Ryo ini?!
Jangan-jangan...
Ah, aku juga harus pergi sekarang kalo emang bener begitu.

"Yaaaa… Kakak, aku ditinggal. Taiyou, aku duluan ya, ada urusan tadi sama kakak, tapi dia malah ninggalin, dasar kakak bodoh! Semoga berhasil di Amerika, sampai jumpa!"
Aku mulai melangkah cepat meninggalkan Sena, sampai tanganku dipaksa berhenti.

"Aguri..."

"Ada apa Ta…"

Begitu berbalik. Ta… Taiyou…
"Uwaaaa! Apa yang kulakukan barusan! A… Aguri, ma.. maaf, aku…"
Aku membalasnya. Ciuman yang sama seperti yang dia lakukan barusan, namun lebih singkat.

"Tak apa, aku paham," jawabku tersenyum.
Kyaaaa! Aku baru ingat ini tempat umum. Berciuman seperti itu ditempat begini. Yaaa… bodohnya aku!

"Sudah ya, Taiyou, sampai jumpa," aku mencoba kabur, tapi ternayata Taiyou masih memegang tanganku.

"Ke.. kenapa? Bukankah pesawatnya sudah mau jalan?" tanyaku.

"Nggak bisa…"

"Eh? Kamu kenapa? Sakit?" aku memegang dahinya. "Nggak panas kok. Kamu mau ke kamar mandi. Kalau gitu cepat, pesawatnya mau jalan, lho, nanti ketinggalan," tambahku panjang lebar.

"Tidak, bukan itu Aguri. Sebenarnya, aku…" Taiyou menarikku mendekat padanya, mungkin, sedikit pelukan. Aah, Taiyou…

'Perhatian… perhatian… kepada seluruh penumpang pesawat tujuan Narita-Notre Dame, diharapkan untuk menaiki pesawat, karena pesawat akan berangkat tiga menit lagi, terima kasih,'

Dasar perusak suasana! Udah bagus juga. Tapi, memang cepat atau lambat kami akan berpisah. Aku hanya memandang Taiyou dengan senyuman lemah yang kubisa untuk melepas kepergiaannya. "Selamat tinggal, Taiyou," ujarku.
Deg-Deg! Jantungku berdetak kencang. Perasaan apa ini? Mungkinkah aku, memang tidak menginginkan Taiyou pergi ke Amerika? Tanpa sadar mataku pun berkaca-kaca. Perpisahan memang menyedihkan.
Kemudian…
Datang lagi, ciuman dari Taiyou. Kali ini di kening lho! *Jangan ngira aneh-aneh dulu*

"Tenang saja, Aguri. Aku pasti kembali," ujar Taiyou menyeka air mataku.

"Ta… Taiyou, sudah sana pergi, nanti ketinggalan pesawat lho," aku mencoba tegar dengan mengusirnya.

"AH, iya!" Taiyou mengusap kepalaku sebelum pergi. "Ini, yang terakhir. Selamat tinggal,"
Setelah itu dengan kecepatan cahaya, 4.2 detik miliknya dia melesat diantara kerumunan orang menuju pesawatnya.

Entah kenapa aku merasakan dorongan yang membuatku untuk membuka mulut dan berteriak, sebelum semuanya terlambat. Meski aneh dan malu, tapi aku harus mengatakannya, perasaan yang kupendam sejak lama, harus kusampaikan sekarang padanya atau hilang selamanya.

"Taiyou!" teriakku, dia tak menoleh. Bodo ah! "Sebenarnya selama ini, sejak kita pertama bertemu denganmu di Amerika, sebenarnya sejak saat itu, aku… aku sudah… aku sudah… menyukaimu. Karena itu, saat kau menciumku dan merangkulku, aku merasa sebagai orang yang paling bahagia di dunia ini. Aku berharap, tindakamu tadi bukan hanya sekedar iseng dan main-main saja. Makanya, selama di Amerika sana, JANGAN PERNAH MELIRIK CEWEK LAIN YA! Aku akan setia menunggu kedatanganmu kembali nanti. Aku Janji!"

Aku yang sudah berurai air mata dan muka yang memerah menahan malu karena dilihat orang lain, samar-samar dapat melihatnya. Melihat Taiyou berbalik menghadapku sambil tersenyum lembut padaku, setelah itu kembali berlari menuju pesawat, sarana yang akan membawanya pergi meninggalkanku dan mengejar mimpinya.

Sambil berjalan pulang, aku tertunduk memikirkan apa yang kuteriakan tadi. Aku benar-benar merasa bodoh sekarang. Kenapa juga harus teriak-teriak tadi? kan bisa ngomong pas pulang dari Amerika aja. Tapi kalo nanti dia pulang bawa cewek Amerika kan bahaya juga. Arrrghhh! 

Membingungkan sekali!

Sebelum pulang ke rumah, aku memutuskan untuk jalan-jalan dulu ke beberapa tempat. Tempat dimana aku dan Taiyou biasa jalan berdua dan menghabiskan waktu bersama. Aku ingin sekali lagi memutar waktu-waktu itu sekarang. Aku masih ingin merasakan kehangatan seorang Taiyou yang penakut dan selalu gugup. Seandainya, pengakuanku tadi kusampaikan jauh sebelum hari ini, apakah kami dapat melewati waktu bersama lebih lama dan dia akan tetap disini bersamaku? Semakin jauh aku memikirkan jawabannya, aku semakin merasa bodoh dan tidak berguna.

Aku pun mengunjungi tempat terakhir dari sekian banyak tempat yang pernah kami kunjungi, taman. Taman yang terletak tak jauh dari SMA Teikoku dan SMA Kaijou, sekolahku. Disinilah biasanya kami janjian untuk pergi bersama, singkatnya kencan. Tapi biasanya, kami hanya pergi untuk membeli perlengkapan klub, atau perlengkpan sekolah atau sekedar makan bersama saja, 
bukan benar-benar menikmati kencan seperti kebanyakan pasangan lainnya. Selain itu, kami juga sering berbagi cerita disini sambil duduk di ayunan yang bergerak-gerak pelan, dan sekarang semua hal itu membuatku kembali meneteskan air mata.

Padahal belum sehari aku ditinggal Taiyou, tapi aku sudah sangat merindukannya sekarang. Kira-kira, dia merasakan hal yang sama tidak ya?

"Taiyou…" isakku. "kapan kau akan kembali? Cepatlah, aku sudah tak sabar lagi untuk menunggumu. Aku ingin… ingin sekali mendengar jawaban darimu, jawaban atas perasaan yang baru saja kukatakan padamu. Cepat, katakanlah dari mulutmu secara langsung, Sena…"
Tiba-tiba saja, handphoneku berdering, tanda ada e-mail masuk. Saat kubuka.

"Taiyou,"

Iya, benar, aku tidak bohong yang mengirimiku e-mail, Taiyou. Lho? Bukannya di pesawat tidak ada jaringan lagi untuk melakukan komunikasi dan sebagainya dengan handphone? Ya sudahlah, lupakan. Aku merasa lebih baik saat tahu Taiyou mengirimku e-mail. Dengan penuh percaya dirinya aku membuka e-mail yang pasti berisikan jawaban atas pernyataanku tadi. Apakah Taiyou mau menerima ya atau tidak? Duh… kok malah deg-degan ya?

From : Taiyou Atsuya

To : Aguri Taki

Subject : (none)

Aguri, aku ingin kau tahu, bahwa hari ini aku benar-benar bersyukur bisa pergi ke Amerika, pasti akan terjadi hal-hal yang menyenangkan nantinya, termasuk bisa mendengar pengakuanmu tadi. Sekarang aku tahu bahwa jalan yang ku tempuh ini tidaklah salah, karena itu, terima kasih Aguri.
Tunggulah aku di taman tempat kita sering bertemu dulu aku akan datang dan mengatakan perasaanku padamu tepat jam 12:00 disana. Sampai jumpa, little angel Aguri.

End of Rewind…

Jadi, disinilah aku sekarang. Duduk di ayunan taman, sendirian, menunggu kedatangan Taiyou. Sejak e-mail yang dia kirim tiga bulan lalu, dia tak pernah lagi mengirim e-mail apapun atau bentuk kontak yang lain. Kalo yang lain? Entahlah, aku tak tahu, tiap kutanya selalu tidak menjawab dan mengalihkan topik pembicaraan. Mungkin mereka dapat dan hanya aku yang tidak. Menyedihkan ya? PHP ya Taiyou itu? Ngenes banget ya aku ini? Berharap di tengah sesuatu yang tak mungkin di dapat.

Jujur saja, sejak hari itu, setiap hari aku selalu datang ke taman ini dan menunggu kehadiran Taiyou yang tak pasti. Itu terus kulakukan sampai sekarang. Sesekali aku pernah bertemu dengan Kak Lilly dan Kak Ryou yang kebetulan lewat sini, atau terkadang Felix, Nekouta, Avreim, Christy, dan masih banyak lagi.

Semua pertanyaan yang ditanyakan pun selalu sama tentang mengapa aku ada di taman ini? Saat kujawab, menunggu Taiyou, semuanya tertawa terbahak-bahak dan meninggalkanku sendiri lagi.

Jam tangan merah yang kini kupakai adalah hadiah perpisahan dari Taiyou. Aku selalu menunggu dengan jam kenangan ini sambil berdoa Taiyou akan cepat datang. Namun ternyata, selama tiga bulan waktu yang kuhabiskan untuk menunggunya ternyata terbuang percuma.

Apa aku terlalu banyak berharap bahwa Taiyou akan kembali ke Jepang? Bisa saja dia sudah melirik cewek lain yang lebih cantik di Amerika dan memutuskan untuk tinggal disana, lagipula disanakan jauh lebih enak daripada di Jepang, segala sesuatunya lebih praktis, sisi negatifku berkata.

Tapi, disisi lain, aku ingin berpikir positif bahwa Taiyou akan datang ke taman ini dan bertemu denganku tanpa harus membawa cewek lain dari Amerika.

"Haaah…" Aku menarik nafas panjang. "Sekarang sudah jam 11.59. Berarti tinggal satu menit lagi,

"Setelah kupikir-pikir, aku terlalu bodoh jika mengharapkan Taiyou akan datang tanpa gadis pirang dari Amerika dan mengatakan bahwa dia juga menyukaiku, rasanyakan mustahil sekali. Seharusnya aku sudah paham sejak e-mail terakhir yang dia kirim, bahwa sebenarnya dia itu..."

"Akan pulang ke Jepang untuk bertemu dengan cinta pertamanya tepat pada hari ulang tahunnya…"

Suara ini…

"Taiyou…"

Saat aku membalikkan badanku untuk bertemu dengan si pemilik suara, Taiyou. Ia sudah menyerbuku dengan sebuah ciuman, yang kuanggap sebagai ciuman selamat datang. Rasanya cukup lama waktu yang dihabiskan saat bibir kami bersentuhan di taman ini. Mungkin inilah ciuman pertama yang bertumpuk rindu setelah tiga bulan tak bertemu dan hari ini juga tepat pada hari ulang tahunku.

"Hiiiiii…. Apa yang kulakukan?!" kebiasaan deh si Taiyou ini. Dia yang mulai kok malah nanya.

Rasanya, saat bertemu Taiyou hatiku benar-benar lega, tapi…

Bug! Bug! Bug!

Aku pukul dia dengan kekuatan kepalan tangan kanan. "Kemana aja sih! Lelet banget datengnya! Nggak tahu apa selama tiga bulan ini a.. aku tuh nungguin kamu terus! Tiap hari aku dateng ke taman cuma biar bi.. bisa ketemu sama kamu! Tiap hari dari jam 11 sampai jam 12 waktu (jam istirahat) a.. aku bahkan sampai rela nggak makan siang pas pu.. pulang sekolah, selesai latihan juga, ta… tapi kamu tuh nggak ada! Harusnya kamu tuh kalo ngasih informasi yang jelas sedikit dong! Ja… jangan buat orang nunggu seenaknya sendiri gitu! Capek tahu nunggunya!"

Air mataku yang sudah mengalir sejak tadi kucurahkan semuanya dalam dekapan Taiyou. Ini adalah air mata kebahagian dan kemarahan yang selalu ingin ku tumpahkan sejak lama. Dan inilah finalnya.

"Maafkan aku Aguri…" Taiyou mengelus kepalaku mencoba menenangkan.

"A…apanya yang maaf. Ka… kamu tuh tega banget sih. Sa… sama yang lain kamu pasti ngasih kabar, se… sementara sama aku semua e-mailku nggak adayang dibales telepon juga nggak diangkat. Kamu tuh jahat banget sih, aku kan kangen sama kamu!" masih kulanjutkan juga semua beban yang menggantung dalam dadaku ini.

"Bu… bukannya begitu, Aguri. A.. Aku, aku hanya…"

"Hanya apa? Hanya mencari pembelaan buat dirimu yang bersalah? Dasar nggak gentle kenapa kamu nggak jujur aja sih,"

"Aku nggak lagi nyari pembelaan,Aguri. Aku cuma.. aku cuma takut, kalo nanti kubalas dan kuangkat telepon darimu, nanti… nanti aku hanya terus memikirkanmu dan mengganggu latihanku disana,"

"Oh jadi gitu, aku ini pengganggu, ya! Pengganggu yang udah capek-capek nunggu selama tiga bulan di taman ini sampai lumutan dan nahan malu dari teman-teman. Makasih Taiyou, aku ngerti sekarang, ternyata perasaanku cuma sepihak sama kamu. Aku pulang," aku yang sejak tadi duduk ditanah berhadapan dengan Taiyou bangkit dan berjalan keluar dari taman. Aku sudah tahu jawabannya, ternyata sia-sia saja aku menunggunya terus selama tiga bulan ini, perasaanku bertepuk sebelah tangan.

"Bukan begitu, Aguri, dengarkan aku dulu, sampai terakhir," Taiyou mencegatku.

"Buat apa? Buat mendengar penolakkanmu. Aku udah cukup tahu tanpa kata penolakkan kaya gitu, Taiyou. Mending aku pulang untuk menangisi kesia-siaanku menunggumu disini. Jadi lepaskan tanganku yang menggangu ini,"

Sekarang ia bukan lagi menahan tanganku untuk pergi tapi seluruh tubuhku, ya dia merangkulku.

"Kau sudah lupa, apa yang kutakakan diawal sebelum aku menciummu tadi?" bisiknya.

"Sudah lupa tuh," aku menjawab asal karena malas mengingat yang sudah lalu. Aku masih kesal dan merutuki kebodohanku.

"Kalau begitu, biar kuulang," Taiyou berbisik. "Aku kembali ke Jepang, untuk menjemput cinta pertamaku tepat di hari ulang tahunnya,"

"Oh begitu, dan cinta pertamamu itu bukan…"

"Itu Aguri Taki, bukan yang lain,"

Aku tak bisa membantah lagi kalimatnya. Cinta pertamanya? Aku?

"Percayalah. Kata pengganggu itu bukan berarti kau menyebalkan, tidak pantas atau sebagainya. Tapi, aku takut kau membuatku terus memikirkanmu dan tidak bisa mengejar mimpi menjadi pemain hebat di American Football. Tolong mengertilah. Aku ingin keduanya. Kau dan juga amefuto. Aku ingin kau melihatku berdiri diatas kemenangan yang indah. Makanya aku…" lanjut Taiyou.

"Dengar. Saat kita bertemu di Amerika itu pun, aku juga sudah menyukaimu sejak pandangan yang pertama. Aku ingin melindungimu, makanya aku menabrakkan diri waktu itu. Berarti kita sama,"

"Sungguh?"

"Ya, sungguh... Otanjoubi Omedetou nee, Aguri-chan"

Aku berbalik dan memeluk Taiyou erat. Sekarang aku tahu, bahwa penantianku selama tiga bulan ini bukan hal yang sia-sia. Akhirnya, aku mendapatkan jawaban yang sempurna. Saat kami berjalan bersama nantinya, kami bukanlah sebagai dua orang yang canggung satu sama lain, tapi kami akan berjalan beriringan sebagai sepasang kekasih yang sedang kencan. Ini adalah hadiah ulang tahun paling istimewa yang pernah kudapat.


"Arigatou, Taiyou-kun..."

OOwari~
ini fanfict keduaku, ada anak2 Tenager XG nya juga :3
Genrenya sih Romance tapi terserah apa kata pembaca juga boleh kok :3


Fanfict ini aku buat untuk Aguri-chan yang asli yang hari ini (9 Juni 2013) dia beneran ulang tahun.
Otanjoubi Omedetou nee, Aguri-chan (Anggrid-chan) :3


Karakter pada ff sekarang:
-Taiyou Atsuya: Gue sang Author
-Aguri Taki: Anggrid
-Christy Kuroki: Chandra
-Kak Lilly: Laras
-Kak Ryou: Priyo
-Nekouta Jyuumonji: Ridho
-Avreim Rikiya: Afiv
-Felix Montarou: Felix

Well that's it!
Enjoy~ :3

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Boku no Story Da! - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -