Archive for Juli 2013
Summer Triangle ni Naritai!
By : Taiyou AtsuyaVega, Deneb, Altair. Tiga maskot dari awal musim panas, yang mulai menyinari langit malam dengan cahaya terangnya. Ketiga buah maskot itu adalah sahabat yang tak terpisahkan di langit malam musim panas. Mereka sering disebut sebagai Summer Triangle.
Pertama,
Vega, dalam Mitologi Yunani dia disebut sebagai yang paling cerdas dari ketiga maskot musim panas itu. Vega adalah bagian "Alpha" dari Lyra. Lyra adalah nama dari Harpa milik Orpheus, seorang musisi dalam Mitologi Yunani Kuno. Terkadang aku berpikir untuk menjadi seperti Vega yang cerdas, berintelegensi tinggi, dan memiliki pikiran yang tajam. Tapi untuk menjadi seorang Vega tidaklah mudah. Aku itu orangnya malas, paling malas kalau sudah melihat buku pelajaran di depanku. Tapi sekarang perlahan-lahan aku mulai mencoba untuk lebih menjadi seperti Vega, meskipun itu tak bisa sesempurna Vega.
Kemudian,
Deneb, nama ini mengingatkanku akan tokoh Tokusatsu yang bernama sama yang berwatak konyol dan jauh dari Deneb pada Mitologi Yunani Kuno yang anggun, cantik, dan mampu memikat dewa-dewi di Gunung Olympus dan merupakan yang paling cantik diantara ketiga maskot musim panas. Deneb adalah bagian "Alpha" dari Cygnus. Cygnus sendiri adalah angsa pada Mitologi Yunani Kuno. Seperti yang kita ketahui bahwa angsa itu anggun, cantik, elegan, menarik, dll. Namun pada sebuah legenda diceritakan bahwa angsa adalah merupakan pahlawan bagi Orpheus. Mungkin sudah beberapa kali aku sudah mencoba untuk menjadi seperti Deneb yang elegan. Tapi sepertinya itu sangatlah sulit, mengingat aku adalah orang yang berjiwa bebas yang tidak suka terlalu dikekang. Dan elegan sepertinya bukanlah kata yang cocok untuk menggambarkan diriku *apalagi anggun*. Tapi ada satu hal yang akhir-akhir ini membuatku berpikir aku sudah mendekati Deneb yaitu "Cantik". Beberapa hari yang lalu, seorang temanku berkata kepadaku, "Heh, Taiyou, kamu itu sebenernya cantik lho" *kurang lebih seperti itulah*.
Seketika kata-kata itu membuatku "speechless". Aku cowok, tapi cantik. Mungkin pada awalnya aku merasa aneh dengan itu. Lalu tadi pagi aku cerita sama pacarku soal "aku cantik?" dan dia bilang memang aku cantik. Dan kemudian akupun "speechless" lagi. Tapi aku rasa Deneb bukanlah nama yang cocok dengan kepribadianku.
Dan yang terakhir,
Altair, Dia mengingatkanku pada tokoh Tokusatsu lagi yaitu, Kamen Rider Altair. Sebuah tokoh Tokusatsu yang digambarkan sangat kuat, bahkan lebih kuat dari Main Characternya yaitu Kamen Rider Den-O. Pada Mitologi Yunani Kuno, Altair memang tokoh yang paling kuat diantara ketiga sahabat di langit musim panas itu. Altair merupakan bagian "Alpha" dari Aquila. Aquila sendiri berarti Elang, dan Elang itu adalah penggambaran dari kekuatan yang besar. Karena Altair digambarkan sebagai tokoh yang paling kuat dari kedua sahabatnya itu, maka Altair lah yang selalu melindungi kedua sahabatnya itu. Aku sedang mencoba untuk menjadi seperti Altair yang mampu melindungi orang yang ia sayangi. Mungkin aku bisa melindungi orang-orang yang aku sayangi dari luar, tapi untuk melindungi bagian terdalam dan mungkin yang ter"rapuh" dalam diri mereka yaitu, hati mereka, aku masih ragu apakah aku bisa atau tidak. Aku selama ini melindungi mereka hanya dari luar, aku sampai sekarang masih mencari cara untuk melindungi hati mereka. Melindungi rasa percaya mereka kepadaku, melindungi rasa sayang mereka kepadaku, melindungi harapan mereka. Aku akan menjadi harapan terakhir mereka disaat mereka mulai putus asa. Aku tidak ingin melihat orang yang aku sayangi dikuasai oleh keputusasaan. Maka dari itu aku masih ingin mencoba menjadi Altair di luar dan di dalam mereka.
Menjadi Vega, Deneb, dan Altair secara sempurna bersamaan itu bukanlah hal yang mudah. Tapi aku bisa menjadi Vega, Deneb, dan Altair dalam versiku sendiri. Aku bisa menjadi Vega yang cerdas hanya dalam beberapa hal saja. Aku bisa menjadi Deneb yang cantik dan elegan pada waktunya. Aku bisa menjadi Altair yang selalu melindungi orang yang aku sayangi dari luar dan dalam diri mereka. Tapi buat apa menjadi tiga tokoh itu kalau kita bisa lakukan yang kita bisa dengan maksimal dengan segala yang kita punya. Daripada menyesali kekurangan kita, lebih baik pikirkanlah apa yang bisa kita lakukan untuk menutupi kekurangan itu.
Kayak lirik lagunya JKT48 yang Yuuhi wo Miteiruka, "Kenapa tidak hargai dirimu sedikit lagi? Yuk! Mari lihat sedikit lebih baik, supaya kau dapat hidup jadi diri sendiri."
Tag :
Life Journal,
Taiyou no Diary III
By : Taiyou AtsuyaApa yang sebenarnya terjadi?
Apakah ini akhirnya?
Sepakbola, apa aku masih bisa bermain sepakbola?
Aguri, aku bahkan belum mengatakannya kepadamu
Dokter pun mulai memeriksa Taiyou. Detak jantungnya mulai melemah.
"Operasinya harus segera dilakukan. Detak jantung Taiyou-kun sudah mulai melemah" Ujar Dokter dengan wajah yang cukup tegang.
Dengan itu, berarti operasi pembedahan jantung Taiyou harus dilakukan hari itu juga. Taiyou pun segera dibawa ke ruang operasi saat itu juga. Ketika Taiyou akan dibawa ke ruang operasi, secara taksengaja Aguri melihat sebuah buku kecil berwarna orange tergeletak di lantai. Sepertinya terjatuh ketika Taiyou tertidur malam itu. Aguri mengambil buku itu, dan membacanya dalam keheningan.
TES
Sebulir air mata menetes membasahi dress Aguri yang ia pakai saat itu. *perlu diketahui, Aguri tidak pernah sekalipun memakai dress di depan Taiyou*
"Jadi, selama ini Taiyou-kun...."
"Ya, memang itulah isi hati Taiyou Amemiya, Sang Pangeran Matahari, Sang pemimpin dari Arakumo Gakuen FC selama ini" Ryuuichi menanggapi.
"Tapi, Taiyou selama ini tidak pernah..."
"Bukalah halaman terakhir pada diary itu" Potong Ryuuichi
Aguri, Kimi no koto ga suki desu.
Watashi wa zutto, kimi o mamottetanda.
Dakara, Watashi wa zutto kimi no soba ni iru.
Sore wa watashi no yakusoku da.
Kimi o Aishiteimasu yo, Goalkeeper-chan.
(Translate:
Aguri, aku menyukaimu.
Aku akan selalu menjagamu.
Karenanya, Aku akan terus di sampingmu.
Itu adalah janjiku.
Aku mencintaimu, Goalkeeper-chan.)
Isak tangis dari sang Goalkeeper terdengar di dalam keheningan kamar itu saat ini. Aguri tak dapat menahan kesedihannya kali itu. Ini pertama kalinya Aguri menangis untuk orang lain.
Apakah ini akhirnya?
Sepakbola, apa aku masih bisa bermain sepakbola?
Aguri, aku bahkan belum mengatakannya kepadamu
Dokter pun mulai memeriksa Taiyou. Detak jantungnya mulai melemah.
"Operasinya harus segera dilakukan. Detak jantung Taiyou-kun sudah mulai melemah" Ujar Dokter dengan wajah yang cukup tegang.
Dengan itu, berarti operasi pembedahan jantung Taiyou harus dilakukan hari itu juga. Taiyou pun segera dibawa ke ruang operasi saat itu juga. Ketika Taiyou akan dibawa ke ruang operasi, secara taksengaja Aguri melihat sebuah buku kecil berwarna orange tergeletak di lantai. Sepertinya terjatuh ketika Taiyou tertidur malam itu. Aguri mengambil buku itu, dan membacanya dalam keheningan.
TES
Sebulir air mata menetes membasahi dress Aguri yang ia pakai saat itu. *perlu diketahui, Aguri tidak pernah sekalipun memakai dress di depan Taiyou*
"Jadi, selama ini Taiyou-kun...."
"Ya, memang itulah isi hati Taiyou Amemiya, Sang Pangeran Matahari, Sang pemimpin dari Arakumo Gakuen FC selama ini" Ryuuichi menanggapi.
"Tapi, Taiyou selama ini tidak pernah..."
"Bukalah halaman terakhir pada diary itu" Potong Ryuuichi
Aguri, Kimi no koto ga suki desu.
Watashi wa zutto, kimi o mamottetanda.
Dakara, Watashi wa zutto kimi no soba ni iru.
Sore wa watashi no yakusoku da.
Kimi o Aishiteimasu yo, Goalkeeper-chan.
(Translate:
Aguri, aku menyukaimu.
Aku akan selalu menjagamu.
Karenanya, Aku akan terus di sampingmu.
Itu adalah janjiku.
Aku mencintaimu, Goalkeeper-chan.)
Isak tangis dari sang Goalkeeper terdengar di dalam keheningan kamar itu saat ini. Aguri tak dapat menahan kesedihannya kali itu. Ini pertama kalinya Aguri menangis untuk orang lain.
.
.
.
.
Dalam alam bawah sadar Taiyou
"Kenapa semuanya menjauh? Kenapa?"
"Taiyou, apakah kau selemah ini? Apakah hanya ini kekuatanmu?" Terdengar sebuah suara dari kejauhan dalam kegelapan diri Taiyou saat itu.
"Apa, Siapa kau?"
"Kita sudah bersama sejak lama Taiyou, akulah yang selalau memberimu kekuatan selama ini" Suara itu makin mendekati Taiyou.
"Jangan-jangan, kau...."
"Aku adalah Taiyou Shin Apollo (Translate: Sun God Apollo). Dewa Matahari yang merupakan Keshinmu selama ini" (Keshin/Avatar: Aura yang memancar keluar yang membentuk sebuah sosok entah itu humanoid ataupun berwujud hewan)
Akhirnya suara itupun menampakkan wujudnya. Sesosok Keshin humanoid besar dengan 4 tangan, mahkota matahari yang bersinar di kepalanya, dan sepasang sayap emas yang melengkung di punggungnya. Taiyou terkejut. Karena selama ini dia pikir, Keshin tidak bisa melakukan komunikasi 2 arah.
"Apa yang kau inginkan, Apollo?" Tanya Taiyou spontan.
"Aku hanya ingin kau bertahan hidup. Karena aku ada selama kau masih bertahan hidup. Maka dari itu, aku ingin meminjamkan kekuatanku sekali lagi kepadamu, Taiyou" Jawab Apollo
"Hmm, Baiklah. Pinjamkanlah kekuatanmu sekali lagi kepadaku, Taiyou Shin Apollo!"
Sosok Keshin besar itu seketika berubah wujud menjadi sebuah orb bercahaya dan masuk ke dalam tubuh Taiyou. Seketika itu pula Taiyou terbangun dalam mode Keshin Armednya.
"Taiyou-san! Kau akhirnya sadar. Sudah 3 hari tak sadarkan diri" Ujar Torin Takuto yang terkejut melihat Taiyou tersadar dalam mode Keshin Armednya.
"Dimana aku? Apa yang terjadi?" Tanya Taiyou saat itu.
"Kau telah berhasil menjalani operasi pembedahan jantung Taiyou. Kau sekarang sudah kembali ke kamarmu di RS Raimon, Tapi...." Jawab Ryousuke dengan tampang sok cool.
"Tapi apa Ryou-san?"
"Dengan jantungmu sekarang, kau tidak bisa lagi bermain sepakbola. Jantungmu sudah tak bisa sekuat dulu" Jawab Aguri sambil menahan tangis.
"Ja-jangan bercanda kalian semua, kau juga Aguri. Ada-ada saja"
"Sayangnya itu benar Taiyou-kun" Ujar Ryuuichi
Seketika itu pula mode Keshin Armed Taiyou Shin Apollo meninggalkan tubuh Taiyou yang tak lagi sehangat matahari karena kata-kata dari mereka. Setelah itu, Taiyou hanya ingin menyendiri dan terdiam dalam kamarnya.
.
.
.
.
3 hari kemudian, Taiyou menghubungi Aguri di tengah-tengah waktu latihan Arakumo Gakuen.
"Moshi moshi. Aguri, kapan pertandingan antara Arakumo Gakuen melawan Shinsei Inazuma Japan?" Tanya Taiyou.
"Moshi moshi Taiyou. Sabtu ini, memangnya ada apa kapten?" Tanya Aguri kembali.
"Suruh, semua untuk bersiap-siap. Aku akan ikut bertanding!" Jawab Taiyou tegas.
"Jangan gila kau kapten! Kau ingin bunuh diri?!" Teriak Aguri.
"Tidak, aku hanya ingin bermain di pertandingan terakhirku sebagai kapten di Arakumo Gakuen"
"....." Aguri kemudian terdiam
"Baiklah, hanya itu saja yang ingin aku sampaikan"
"Kami akan selalu menunggumu, Kapten" Jawab Aguri yang kemudian langsung menutup teleponnya.
.
.
.
.
Hari yang telah ditunggu-tunggu oleh Taiyou pun akhirnya tiba. Dia kembali menyelinap keluar dari RS Raimon untuk pergi menuju Holy Road Stadium sama seperti terakhir kalinya dia menyelinap untuk bertannding melawan Raimon Gakuen.
"Kau benar-benar datang Taiyou?" Tanya Aguri sesampai Taiyou di bench Arakumo Gakuen.
"Tentu saja aku datang. Mana mungkin aku melewatkan pertandingan terakhirku ini" Jawab Taiyou sambil tertawa kecil.
Pertandingan pun dimulai dengan kick-off dari Arakumo Gakuen, dengan mudah Taiyou melewati para pemain amatir dari Shinsei Inazuma Japan. Taiyou mengakhirinya dengan tendangan Hissatsu dari mode Kenshin Armednya, Sunshine Force. Itu membuat Arakumo Gakuen unggul 1 - 0 dari Shinsei Inazuma Japan.
SKIP TIME
Pertandingan pun berakhir dengan skor 3 - 2 untuk kemenangan Arakumo Gakuen. Seketika setelah pertandingan selesai, Taiyou pun tak sadarkan diri di tengah lapangan. Taiyou langsung dibawa ke RS Raimon untuk dirawat kembali.
Tak lama kemudian Taiyou pun sadar.
"Jadi, pertandingan terakhirku berakhir dengan kemenangan ya, Aguri"
"Iya, kau berhasil memimpin kami untuk yang terakhir kalinya. Tapi ada kabar yang kurang mengenakkan buatmu" Ujar Aguri dengan wajah tegang.
"Lalu apa itu?" Tanya Taiyou.
"Dokter tadi mengatakan bahwa kau, hanya bisa bertahan selama 6 bulan dengan jantungmu yang semakin melemah itu. Yang juga dipicu oleh pertandingan tadi" Jawab Aguri.
"Jadi, inilah akhirnya. Akhir dari Taiyou Amemiya, seorang Pangeran Matahari, Kapten dari Arakumo Gakuen. Tapi tak apalah, selama Aguri ada disini di sampingku. Aku tak akan merasa menderita"
"Taiyou-kun...." Ucap Aguri sambil menahan Tangisnya.
.
.
.
.
5 bulan telah berselang. Taiyou hanya tinggal menunggu waktu saja untuk menghadapi kenyataan dari takdirnya yang pahit. Saat ini hanya keajaiban saja yang bisa menyelamatkannya. Selama 5 bulan terakhir, Aguri selalu menemani Taiyou sepulang latihan di Arakumo Gakuen. Setidaknya itu dapat mengurangi beban penderitaan dari Taiyou.
"Aguri, aku tahu waktuku tak akan lama lagi. Aku ingin memberikanmu ini" Ucap Taiyou sambil menyerahkan sebuah buku kecil berwarna orange, yang merupakan diarynya.
"Taiyou, sebenarnya aku sudah membaca isi dari diary ini" Aguri menerima buku orange itu.
"Jadi, kau selama ini sudah tahu akan hal itu?" Tanya Taiyou.
"Iya, aku sudah tahu semuanya, tentang Torin, Tenma, dan tentangku" Jawab Aguri.
"Ah, tak apalah, aku hanya ingin memberikan buku ini saja. Saat kau baca ini, mungkin saat aku belum melengkapi isi dari buku ini"
"Baiklah Taiyou. Aku juga menyukaimu" Jawab Aguri dengan senyuman manisnya.
"A-apa barusan?"
"Aku juga menyukaimu Taiyou, aku juga berjanji akan menjagamu dan selalu berada di sampingmu selalu"
Hampir 1 bulan berselang sejak kejadian itu. Taiyou memasuki masa-masa kritisnya. Krisis dimana ia menggantungkan harapan hidupnya pada keajaiban. Aguri yang baru hampir 1 bulan menjadi kekasih dari mantan Kapten Arakumo Gakuen itu menungguinya setiap harinya.
"Jadi, inilah dia. Masa-masa kritis dari penderitaan Taiyou-kun selama ini" Ucap Aguri yang tanpa sadar sudah meneteskan air matanya.
"Sabar ya, Aguri-chan" Kata Azuna yang saat itu sudah menjadi kekasih dari Kapten Raimon Gakuen, Torin Takuto.
"Aku yakin dia akan baik-baik saja, dia adalah orang yang kuat Aguri-san" Tambah Kapten Raimon yang datang menjenguk teman masa kecilnya bersama dengan kekasihnya.
Saat itu, detak jantung Taiyou mulai melemah. Hingga sangat lemah. Para dokter dan juga perawat berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan nyawa Taiyou. Sampai akhirnya para dokter sudah menyerah. Mereka bilang nyawa Taiyou sudah tak bisa terselamatkan. Tapi sebuah keajaiban pun terjadi. Detak jantung Taiyou seketika menguat. Benar-benar keajaiban yang menyelamatkannya.
.
.
.
.
1 Hari kemudian setelah Taiyou telah terselamatkan dari masa-masa kritisnya. Dokter mengatakan bahwa jantungnya kini sudah normal. Taiyou dapat kembali bermain sepakbola. Kembali menjadi Kapten Arakumo Gakuen.
"Terimakasih, Aguri. Kau sudah menemaniku selama masa-masa kritisku"
"Tak apalah Taiyou, lagipula kau sudah sepenuhnya pulih kan. Itu sudah cukup bagiku" Jawab Aguri.
Seminggu kemudian, Taiyou diperbolehkan untuk pulang ke rumahnya dan ia kembali bermain sepakbola di Arakumo Gakuen dan dengan cepat Taiyou menjadi pemain tambahan dalam Shinsei Inazuma Japan.
Aguri, Arigatou Gozaimasu nee.
Kau telah memberiku semangat kembali untuk hidup.
Kau telah menemaniku selalu dalam masa-masa sulitku.
Hontou ni Arigatou, Aguri-chan, Ima wa watashi no Goalkeeper & Kanojo.
You've completed my life.
-END-
Oowari~
Akhirnya selesai juga chapter terakhir dari "Taiyou no Diary". Dari kemaren pengen ngetik tapi pasti ada aja halangannya. Akhirnya kesampean juga sekarang :3
Tadinya mau aku bikin 2 ending, yaitu Happy sama Alternate Sad Ending. Tapi berhubung aku kehabisan ide dan ga cukup waktunya, aku akhirnya menggabungkan keduanya jadi satu.
Well, ini cerita juga dibantuin sama pacar bikin alur sama Tokohnya.
Here are the Characters:
-Taiyou Amemiya: Me, the Author
-Aguri Tosamaru: Anggrid (Kamu jadi orang yang setia sekali :3)
-Torin Takuto: Torin Kaitani (Lagi-lagi kau nak)
-Azuna Akane: Asni (Kamu disini udah jadian sama Torin kok XD)
-Tsurugi Ryousuke: Priyo (Tetep aja aku bikin kamu jadi sok-sokan XD)
-Tsurugi Ryuuichi: Ryan (Entah kenapa kamu ada disini yan :3)
Tag :
Fan Fiction,
Tenager XG,
Taiyou no Diary II
By : Taiyou AtsuyaSeketika itu pula Taiyou mengingat kembali seseorang yang sangat berpengaruh dalam kehidupannya. Dia mulai menulis di halaman kedua diarynya. Seseorang itu adalah Torin Takuto, kapten dari kesebelasan Raimon Gakuen.
TORIN TAKUTO
Orang kedua yang aku tulis di diary ini adalah Torin-san. Kapten yang sangat berwibawa dalam memimpin Raimon Gakuen. Seorang Rival yang tak bisa digantikan. Dia adalah teman SD ku saat kami masih di Raimon Elementary School, dan kami sempat menjadi 1 tim dalam Raimon Jr. Football Club. saat itu kami adalah duet Forward tapi saat itu yang menjadi kapten adalah Torin. Dan kami menemukan 1 hissatsu teknik baru di usia kami yang masih tergolong sangat muda, yaitu Brittanian Crossfire.
Torin memang orang yang selalu tampak serius tapi apabila sudah menyangkut masalah perasaan dia akan mulai tampak seperti orang bodoh. Aku ingat saat aku bertanya tentang perasaannya dengan Azuna Akane manager Raimon. Saat itu aku memang iseng menanyakannya saat Arakumo Gakuen sedang berkunjung ke Raimon Gakuen untuk latihan tanding.
"Jadi sejak tadi, kau kulihat sebentar-sebentar melirik ke arah Azuna-san. Jadi, sejak kapan kalian jadian?"
"A-apa maksudmu? Fokuslah bertanding kalau ingin Arakumo menang dari Raimon!"
"Umm, Torin-san, sebenarnya sekarang kan masih half time. Wasit bahkan belum meniup peluitnya kembali"
"I-iyakah?"
"Ternyata benar, kau menyukainya kan?"
"A-apa yang kau bicarakan Taiyou? Aku harus kembali mengarahkan timku di bench"
"A-ano, Torin-san, itu adalah bench Arakumo, seharusnya kau ke arah sana *nunjuk bench Raimon*"
"I-iya aku tau itu!"
Sudah kuduga saat itu memang mereka saling menyukai tapi Torin bersikap sok cool di depan Azuna. Dan sekarang dia malah salah tingkah begini saat ditanyai tentang perasaannya.
Kuakui Torin memang keren, dia bisa menuntun timnya yang hampir putus asa kembali bersemangat. Bahkan memenangkan Holy Road dan merubah dunia sepakbola Jepang menjadi lebih baik lagi.
Dia juga pernah 1 ruangan denganku disini saat dia patah tulang setelah pertandingan melawan Arakumo. Akupun....
Bolpoin di tangan Taiyou pun terjatuh bersamaan dengan tertidurnya sang pangeran matahari itu. Taiyou pun tertidur pulas di tempat tidurnya. Bagaikan mayat, dia tertidur bahkan tanpa bergerak sekalipun.
"Taiyou-kun, Ohayou"
Taiyou pun terbangun oleh suara itu. Dengan mata setengah mengantuk, dia melirik ke arah suara itu. Ternyata itu adalah Tsurugi Ryousuke, Forward Raimon yang kebetulan kakaknya juga dirawat di rumah sakit yang sama. Bahkan sekamar dengannya.
"Ah, Ryou-san, Ohayou"
"Jadi bagaimana kabarmu? sudah 1 minggu ini aku tidak bertemu denganmu"
"Aku baik-baik saja, hanya saja...."
"Hanya saja kau takut dengan harapan hidupmu yang mulai menipis karena pertandingan melawan Raimon waktu itu" Potong Tsurugi Ryuuichi
"Ah, Ryuu-senpai. Aku hanya takut tidak bisa bermain sepakbola lagi bersama dengan'nya'"
"Tak apa Taiyou-kun, percayalah bahwa kau bisa kembali bertemu dengan sepakbola. Sepakbola tak akan pernah meninggalkanmu. Selama kau percaya itu"
Seketika pula sebulir air mata menetes di pipi pangeran matahari itu. hampir membasahi diary yang tadi malam belum selesai ia tulis. Mendengar kata-kata dari Ryuuichi, Taiyou pun menjadi kembali bersemangat. Meskipun masih ada sedikit perasaan takut dalam dirinya.
"Baiklah Ryuu-senpai. Aku akan terus mempercayai itu!"
"Tentu saja, sepakbola dan Aguri-chan tak akan meninggalkanmu begitu saja"
"T-tunggu, darimana Ryuu-senpai tahu akan hal itu?"
"Kau pikir semalam aku tidak mendengar tangisanmu setelah di telepon oleh Aguri-chan?"
"...." Seketika Taiyou menjadi speechless
TOK TOK TOK
Taiyou langsung turun dari tempat tidurnya untuk membukakan pintu. Dan betapa terkejutnya dia ketika mengetahui siapa yang mengetuk.
"Ohayou, Taiyou-kun!" Seorang gadis berambut coklat yang manis itu langsung memelukku.
"A-ah, Ohayou Aguri-chan."
"Maaf kemarin aku tidak bisa datang, sudah kujelaskan kemarin malam kan Taiyou"
"I-iya aku bisa memaafkan itu, tapi setidaknya lepaskan dulu pelukanmu ini Aguri"
Dengan wajah yang memerah karena tak bisa bernafas tadi Taiyou kembali ke tempat tidurnya.
Baru meletakkan kepalanya ke bantal, Seseorang lagi, eh tidak, 2 orang lagi datang menjenguk
"Taiyou-san, Ogenki desuka?" Ucap Torin sambil membuka pintu kamar.
"Taiyou-san, Ohayou!" Sapa Tenma sambil menutup pintu yang dibuka Torin tadi.
"Ah, Torin, Tenma. Aku baik-baik saja"
"Bagaimana, apakah kau sudah siap untuk operasi besok Taiyou?" Tanya Torin.
"Tentu saja aku selalu siap Torin-san"
Di luar kamar Taiyou 3 orang manager Raimon yang daritadi mengikuti Torin dan Tenma menguping pembicaraan Taiyou dan 3 orang lainnya.
"Aku rasa ini bukan ide yang bagus" Ujar Sorano Neefa
"Aku hanya mengikuti orang ini" Jawab Vita Midori
"Kira-kira apa yang mereka lakukan di dalam sana ya? Terutama Torin-san hihihi" Sahut Azuna Akane
Tiba-tiba saja pintu terbuka dan
BRUK
Ketiga manager Raimon itu terjatuh karena menguping di depan pintu dan seketika pintu dibuka.
"Sudah kuduga kalian bertiga" Ucap Ryousuke dengan tampang killernya.
"Azuna, Neefa, Vita, Apa yang kalian lakukan? Tidak tahu apa, disini ada orang sakit jantung?" Sahut Torin dengan nada marahnya.
"Ini semua ide dari Azuna" Jawab Vita dengan keras.
"Ta-tapi aku kan cuma...."
"Sudah sudah, tidak apa-apa, lagipula...."
DEG
Belum selesai menyudahi kalimatnya Taiyou langsung memegang dadanya. Sepertinya jantungnya kembali bermasalah. Ryousuke pun langsung tanggap menghubungi dokter.
Keadaan seketika menjadi tegang. Wajah Torin pun menjadi panik. Tenma kebingungan sendiri. Dan Ryousuke? Tentu saja dia memasang wajah cuek yang sebenarnya dialah yang paling panik.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Apakah ini akhirnya?
Sepakbola, apakah aku masih bisa bermain Sepakbola?
Aguri, aku bahkan belum sempat mengatakannya kepadamu.
To Be Continued
OOwari~
Lanjutan fanfic tadi siang. ada inspirasi lagi langsung aja aku ketik deh. Tadi juga sempet dibantuin pacar sih buat mikirin alur sama Tokohnya :3
Disini endingnya kubikin lebih ngegantung dari yang sebelumnya. Pokoknya begitu ada pencerahan, bakalan langsung nge-post lagi deh :3
Here are the Characters:
-Taiyou Amemiya: Me, The Author
-Aguri Tosamaru: Anggrid
-Torin Takuto: Torin Kaitani (Lagi-lagi aku masukin dia :3)
-Matsukaze Tenma: OC
-Tsurugi Ryousuke: Priyo (Aku pilih dia karena dia sifatnya persis kayak Tsurugi)
-Tsurugi Ryuuichi: Ryan (Entah kenapa malah dia yang terpikir buat jadi kakaknya Priyo)
-Azuna Akane: Asni (Ini gara-gara dia emang bener-bener suka modus kayak Yamana Akane beneran)
-Vita Midori: Vita (Cerewetnya sama aja kayak Midori)
-Sorano Neefa: Hanifah (Entah kenapa malah terlintas nama dia di pikiranku :3)
Tag :
Fan Fiction,
Tenager XG,
Taiyou no Diary
By : Taiyou Atsuya
Sang surya telah menyembunyikan dirinya di ufuk barat, di belakang kapas-kapas putih yang mulai berubah menghitam. Posisinya kini telah digantikan oleh sang dewi malam yang memancarkan kilau putih nan sucinya.
Tampak pemuda berambut secerah matahari yang menjadi bagian dari namanya tengah duduk termenung di dekat jendela ruang rawatnya di rumah sakit Inazuma. Mata emeraldnya memandang sang dewi malam, mengagumi keindahan yang dipancarkan olehnya. Seulas senyum terukir di wajah putihnya. Angin malam sesekali menerpa wajah dan menerbangkan rambut orange nya.
Dia, Amemiya Taiyou, akan menjalani operasi pembedahan jantung besok lusa. Setelah impiannya untuk dapat bertanding sepakbola bersama Matsukaze Tenma, orang yang membangkitkan semangatnya terkabul.
Walau dia tau, jika dia bertanding pada pertandingan itu, kemungkinan operasinya berhasil dapat berkurang, dia tidak putus asa. Dia tetap bertanding hingga akhir.
Sejenak kemudian dia beranjak dari kursi yang didudukinya dan berbalik menuju ranjangnya. Seakan mengucapkan selamat tinggal pada sang dewi malam. Matanya kini tengah menatap laci yang berada disamping ranjangnya. Laci tempat menyimpan benda yang paling berharga untuknya.
Tangannya terulur membuka laci tersebut. Menampakkan sebuah buku bersampul orange dengan tulisan Diary. Tanpa sadar tangannya bergerak sendiri mengambil buku tersebut.
"Sudah lama sekali ya" dia bergumam sendiri. Keadaan ruang inapnya disaat malam memang sunyi dan sepi. Biasanya Lilly-san hanya akan menengoknya saat jam tujuh malam sampai jam delapan. Setelah itu dia akan ditinggalkan sendiri karena sudah waktunya istirahat. Tapi bukan Taiyou jika mau menurut begitu saja. Dia sering sekali membantah peringatan Lilly-san walau dia tau itu berbahaya bagi kesehatannya.
Buku bersampul orange itu mulai dibukanya. Lembar demi lembar di bukanya, matanya menelusuri setiap kata dari buku itu. Lama sekali dia tidak membuka dan menulisi buku itu sejak pertandingan Raimon vs Arakumo hingga sekarang, setelah Raimon memenangkan Holy Road, karena dia harus menjalani perawatan yang menghabiskan waktunya.
Jari jemarinya mengambil sebuah bolpoint di atas meja dan kemudian menempatkan dirinya di atas ranjang. Dia ingin menyelesaikan diary nya yang satu ini.
"Minna..." Taiyou mulai menorehkan tinta hitam pada lembar pertama yang dibukanya. Dia memutuskan untuk menulis tentang orang-orang yang berharga untuknya. Tanpa sadar sebulir air mata jatuh di pipinya. Ini adalah untuk pertama kalinya dia menangis tanpa alasan.
Setidaknya itu untuk berjaga-jaga kalau operasi itu tidak berhasil atau bisa disebut... gagal
Dear Diary,
Aku ingin mencurahkan isi hatiku tentang orang-orang yang kucintai dan kusayangi. Mungkin bahasa yang kugunakan akan terlalu berlebihan, aku sendiri juga tidak tau mengapa. Mungkin hari ini aku akan lebih OOC dari biasanya.
.
Taiyou mulai menorehkan tinta hitam pada lembar pertama yang dia buka. Mula-mula dia agak bingung, siapa yang akan ditulisnya pertama kali? Semua temannya sama-sama berharga untuknya. Setelah menimang nimang akhirnya Taiyou menetapkan pilihannya.
.
AGURI TOSAMARU
Orang pertama yang akan kutulis adalah Aguri, Aguri Tosamaru. Dia adalah sahabat baikku di Arakumo Gakuen. Dan dia adalah satu-satunya pemain perempuan di tim sepakbola Arakumo Gakuen. Di posisinya sebagai Goalkeeper dia selalu menyemangatiku. Walau kami sering bertengkar gara-gara aku selalu menuduhnya meniru gaya rambutku yang seperti Torin Takuto dari Raimon Gakuen, tapi lima menit setelahnya, kami pasti akan tertawa bersama lagi.
Aguri termasuk anak yang lucu, dia sering membuat lelucon ketika kami dan anggota Arakumo Gakuen lainnya berkumpul.
Tapi terkadang dia bisa menjadi sangat polos bahkan bego. Aku ingat dulu waktu pertama kali dia masuk Arakumo aku yang memberitahunya banyak hal, dan ketika aku bertanya,
"Kau sudah paham Aguri?"
Dia justru menjawab dengan entengnya, "Memangnya tadi kau memberitahu apa?"
Dan gara-gara itu aku sukses meng-headbangkan kepalaku ke pohon terdekat. Setelah di kepalaku sudah muncul tiga bola pingpong, dia baru sadar dan berkata,
"Taiyou, kenapa kau meng-headbangkan kepalamu?", dan aku kembali melakukan hal yang sama hingga pingsan ditempat.
Tapi dibalik sifat polos nan begonya, dia merupakan Goalkeeper yang hebat! Aku sungguh kagum! Baru beberapa bulan di Arakumo, dia sudah bisa menciptakan hissatsu teknik baru. Dia benaar-benar hebat!
Aguri juga merupakan 'Torin Takuto Fans', dia sendiri yang bilang padaku, dan setelah dia berkata seperti itu aku langsung berlari ke kamar mandi terdekat dan muntah-muntah disana.
Aku juga pernah mengunjungi rumah Aguri. Rumahnya memang tidak terlalu besar, tapi sangat rapi dan terkesan minimalis, aku sampai sekarang masing penasaran, siapa yang merancang rumah itu.
Jika aku pernah mengunjungi rumahnya, pasti aku juga pernah memasuki ruang pribadinya a.k.a kamar tidurnya. Yah, walaupun aku yang memaksa masuk sih, hehe.
Kamar Aguri bisa dibilang cukup luas dengan dominasi warna coklat. Mungkin itu sebabnya rambutnya juga coklat. Ada satu hal yang membuatku shock ketika melihat kamarnya.
Tak sengaja aku melihat foto tim Arakumo Gakuen di balik pintu kamarnya, dan yang lebih mengejutkan lagi, foto itu dicorat coret dengan spidol pink dan merah, juga tak luput beberapa panah kecil yang menancap di beberapa tempat termasuk WAJAHKU! Dan karena itu, beberapa menit kemudian ada suara barang pecah dan semacamnya dari kamar Aguri, dan pasti itu karenaku.
.
TES
Sebulir air mata kembali menetes di pipi pemuda berambut orange itu. Membuat beberapa huruf yang ditulisnya menjadi kabur. Rasanya dia sangat rindu kenangan kenangan itu. Salah satu kenangan yang dapat membuatnya bertahan hingga kini.
.
Aguri juga pernah beberapa kali menengokku ketika masih di sini, di Rumah Sakit Inazuma. Dia selalu datang dengan nafas terengah engah, katanya sih dia mempercepat waktu latihan. Dia juga yang menceritakan apa yang sedang Arakumo Gakuen alami setiap waktu dan tak lupa disertai cengiran khasnya.
Dan ada kata yang sama yang selalu diucapkannya sewaktu menjengukku, kata yang terus memberiku semangat.
"Aku dan seluruh Arakumo Gakuen selalu menunggumu, kapten"
Hingga kini kata-kata itu tetap kuingat. Dan aku berjanjii tidak akan melupakannya. Tapi, aku heran. Kenapa hari ini Aguri tidak menjengukku? Ah, mungkin hari ini dia sibuk, mungkin.
.
Taiyou menghentikan kegiatan menulisnya. Sebenarnya ada banyak hal lagi tentang Aguri yang ia ketahui, tetapi mungkin satu buah buku diary nya ini tidak akan cukup menampung semuanya.
TOK TOK TOK
Suara pintu yang diketuk mengalihkan pandangan Taiyou. Buru-buru disekanya bekas air mata yang masih tersisa di pipinya. Ditutupnya buku diary yang tadi dia tulis.
"Siapa?" Taiyou membuka pintu ruang rawatnya. Setidaknya dia tidak lumpuh, jadi dia tidak akan menyuruh orang lain masuk begitu saja.
"Taiyou-kun, ada telepon untukmu" tampak seorang wanita berambut ungu berdiri disana disertai senyuman yang tak luput dari wajahnya.
"Oh, Lilly-san, telepon? Dari siapa?" Taiyou sedikit heran. Siapa yang menelponnya malam-malam begini? Bukankah di waktu semalam ini sudah tidak ada lagi yang boleh menelepon?
"Seseorang" Lilly langsung berjalan pergi meninggalkan Taiyou yang masih kebingungan.
"Seseorang?" Taiyou bergumam sendiri. Walau takut, dia tetap berjalan menuju ke ruang suster, tempat telepon yang tertuju untuknya.
TREK!
"Moshi moshi" Taiyou menyapa terlebih dahulu.
"Moshi moshi Taiyou! Bagaimana kabarmu? Hehe"
"A-Aguri? Ini benar kau kan?" Taiyou sedikit tersentak ketika mengetahui siapa yang menelponnya.
"Hei, hei tenanglah! Seperti tidak bertemu sepuluh tahun saja"
"Kenapa kau tidak menjengukku hari ini? Kau tau, kalau besok lusa..." Taiyou memotong ucapannya.
"Maaf, hari ini tanganku sedikit cedera karena pertandingan Arakumo vs Hakuren tadi siang, dan tenanglah, aku akan menjengukmu besok, lagipula aku tau ada apa besok lusa"
"..." Taiyou tidak tau harus menjawab apalagi. Bibirnya seakan terkunci. Andai Aguri ada disampinya, pasti Taiyou langsung memeluknya.
"Taiyou"
"..."
"Taiyou!"
"A-ah ya, maaf aku melamun" Taiyou akhirnya sadar dari lamunannya beberapa saat lalu.
"Jangan sering melamun! Kau menghabiskan waktu tau! Kau tau seberat apa usahaku untuk membujuk Lilly-san!"
"Kenapa kau harus menelponku malam malam sih?" Taiyou menggembungkan pipinya. Ekspresi yang biasa ditujukan kepada Aguri ketika dia kesal.
"Aku hanya mengira kau kesal karena aku tidak datang menjengukmu, jadi aku telepon! Hehe"
"Kau pikir aku tipe orang seperti itu apa?" tanpa sadar Taiyou tersenyum. Ternyata Aguri begitu memperhatikannya.
"Bukannya kau memang orang bertipe seperti itu?"
"Itu kan kau!" Taiyou kembali menggembungkan pipinya.
"Oh ya Taiyou eh, maksudku kapten"
"Kenapa kau plin plan begitu?" seulas senyum tipis terukir di wajah Taiyou lagi.
"Aku dan seluruh Arakumo Gakuen selalu menunggumu, kapten"
DEG!
"..." perkataan Aguri berhasil membuatnya terpaku ditempat. Kata kata yang biasanya membuatnya bersemangat itu, kini seakan menjadi sebuah rasa rindu dan kekhawatiran.
Rindu dengan seluruh teman setimnya, dan khawatir jika operasinya akan gagal dan semuanya berakhir.
"Taiyou, kau masih disana?"
"Ah iya" lagi-lagi Taiyou melamun. Matanya menatap datar ke lantai rumah sakit.
"Sudah ya, ini sudah malam, lagipula kau harus banyak istirahat. Jaa"
TREK!
Sambungan telepon sudah diputuskan oleh Aguri, sebelum Taiyou membalas salam nya"Jaa..."
Taiyou kembali terdiam, dengan berat hati di taruhnya telepon di tempatnya semula. Sebulir kristal bening kembali menetes dari kedua matanya, memberi bekas pada lantai rumah sakit. Sebelum ada yang melihatnya, Taiyou berlari. Berlari sekuat yang ia bisa menuju ruang inapnya.
KLEK!
Dengan tergesa-gesa Taiyou segera membuka lalu menutup pintu ruang inapnya. Melemparkan tubuhnya ke atas ranjang, menutupi wajahnya dengan bantal, lalu menangis sekeras kerasnya disana. Bantal dan ranjang itu memang selalu menjadi saksi tangis seorang Amemiya Taiyou.
END(?) *Maybe To Be Continued*
OOwari~
Fanfic ke.... entah keberapa. Pokoknya muncul gara-gara kebosananku saat liburan....
Disini juga aku malah bikin Cewek jadi Goalkeeper coba, mungkin biar pembaca sekalian ga pada bosen kali ya :3
Disini sebenernya terinspirasi dari Anime Inazuma Eleven GO, yang disini karakter utamanya bukan Endou Mamoru sang Goalkeeper lagi, tapi Matsukaze Tenma sang Midfielder dari Raimon Gakuen. Tapi di fanfic ini aku pake Taiyou Amemiya dari Arakumo Gakuen yang kebetulan sama kayak namaku sebagai tokoh utama disini :3
Dan mungkin aku bakalan bikin sekuelnya dari fanfic kali ini :3
Here are the Characters:
-Taiyou Amemiya: Me, The Author (Soalnya namaku sama karakter ini kebetulan sama :3)
-Aguri Tosamaru: Anggrid (Disini dia jadi Goalkeeper, padahal aslinya dia gabisa main sepakbola :3)
-Lilly Kudou: Laras (Gatau gimana ceritanya dia bisa jadi suster disini, tau-tau keluar aja itu nama :v)
Tag :
Fan Fiction,
Tenager XG,
Untuk Azuna...
By : Taiyou Atsuya
Layaknya sebuah tayangan video, gambar-gambar bergerak, yang berwarna dengan efek-efek yang diberikan, itu mulai terlihat semakin jelas. Menampakkan sosok-sosok yang sudah tidak asing lagi di mata Tenma.
Gestur dari gadis kecil yang berputar senang di tempatnya berdiri, rambut abu-abu panjangnya yang menari dengan luwes, dengan senyum ceria yang diberikan tampak pada pandangan Tenma. Sosok manis yang disukainya saat masih kecil—sekarang pun masih sama.
Sosok itu kemudian berlari menjauh dengan diikutin empat sosok yang lain. Berlarian di sepanjang jembatan, berlomba untuk siapa yang sampai paling cepat di tempat mereka biasa bermain.
Dan pemandangan itu hanya sekelebat. Menampakkan sedikit kejadiannya, kemudian berhenti dan digantikan oleh gambar-gambar bergerak yang lainnya.
—Saat mereka berlima berkunjung ke rumah sakit untuk menjenguk Ibunda Tenma.
Waktu itu musim semi. Kelopak sakura terlihat menari karena hembusan angin yang lembut. Saat-saat dimana sakura mekar dengan sempurna. Menghiasi jalanan dengan warna pink segar yang menyejukkan.
Dari tempat parkir mobil yang berada tidak jauh dari jendela kamar Ibunda Tenma dirawat, mereka berlima melambaikan tangan. Menyapa sang wanita, dengan senyum ceria yang terkembang pada masing-masing wajah polos mereka. Wanita yang ada dalam ruangan pun membalas salam mereka. Dengan balas tersenyum.
Senyum lembut yang selalu disukai para anggota Chou Heiwa Buster.
Dalam perjalanan pulang, mereka terlibat percakapan. Dimulai dari ide Azuna yang berniat untuk mengirimkan surat kepada Tuhan di atas sana. Meminta supaya Ibunda Tenma diberikan kesembuhan.
Sang pemimpin dari Chou Heiwa Buster sempat bingung, karena memang tidak tahu cara mengirim surat kepada Tuhan. Namun Kurita tiba-tiba menyahut sambil mengarahkan telunjuknya pada sebuah papan yang berada tidak jauh dari mereka berdiri.
Di sana terdapat sebuah poster mengenai hanabi. Sebuah pesta kembang api yang selalu ada pada saat festival musim panas.
Dan mereka berpikir, mengirimkan surat dengan menggunakan kembang api yang akan terbang tinggi itu mungkin bisa menyampaikan surat mereka kepada Sang Pencipta.
Meski sedikit tidak mungkin, mereka memutuskan untuk membuatnya. Dengan peralatan, bahan-bahan, dan pengetahuan seadanya, mereka berlima berjuang membuat sebuah kembang api raksasa.
Memang butuh beberapa hari, namun setelahnya, mereka bisa puas melihat hasilnya. Hanya tinggal disulut dengan api, kemudian kembang apinya dapat terbang tinggi ke langit.
.
.
.
.
.
.
Tenma membuka matanya ketika sinar matahari menerobos melalui celah jendela dan korden, lalu mengintip masuk pada matanya yang tidak sepenuhnya tertutup. Ia mengerjapkan mata beberapa kali sebelum akhirnya terbangun dan sadar ada sebuah aliran kecil di pipinya.
Pemuda itu melihat ke sekeliling kamarnya. Ya, ia sekarang hanya sendiri di kamar itu. Padahal sebelumnya, ada sosok 'penampakan' Azuna yang selalu menemaninya di dalam kamar. Entah selalu berteriak membangunkan, atau semacamnya.
Setelah mengumpulkan nyawanya, Tenma beranjak dari kasurnya, menuju kamar mandi untuk membersihkan muka. Tanpa perlu Azuna menyuruh pun, ia sudah mau untuk kembali bersekolah.
Waktu terus berjalan. Jam-jam pelajaran harus dilalui Tenma dengan penuh kesabaran karena rasa kantuk yang menyerangnya tak kunjung berakhir. Berkali-kali ia hampir ketahuan guru karena tertidur di kelas. Rasa kantuknya baru hilang ketika Lilly yang duduk di belakangnya memberitahu bahwa sepulang sekolah, Taiyou dan yang lainnya mengajak bertemu.
------------
Terdengar sayup-sayup suara dari pondok kecil yang berada di bukit. Sebuah rumah yang menjadi tempat rahasia tim Chou Heiwa Buster. Seringnya terdengar suara Lilly dan Kurita. Sesekali terdengar suara tertawa dari Aguri, dan kekehan pelan dari Taiyou. Sementara Tenma hanya terdiam. Teringat dengan mimpinya semalam.
"Ada apa, Tenma Kau sakit?" tanya Kurita yang langsung menyadarkan Tenma dari lamunannya. Ketiga temannya yang lain turut mengarahkan pandangan mereka pada Tenma.
Terdiam sebentar. Sang leader itu terlihat berpikir. Agak lama, barulah Tenma membuka suara.
"Semalam, aku bermimpi. Mimpi dimana saat-saat kita masih kecil. Waktu menjenguk Ibuku di rumah sakit. Saat itu Azuna mengatakan ingin mengirim surat pada Tuhan dan meminta supaya Ibuku sembuh, kan? Aku hanya berpikir—"
"Aku juga... bermimpi hal yang sama denganmu," potong Taiyou sebelum Tenma menyelesaikan kalimatnya. Yang lain terdiam. Barang beberapa lama, barulah Lilly ikut menyahut.
"Aku... juga." Lalu diiringi pernyataan yang sama dari Aguri dan Kurita.
Semuanya terdiam dan saling menatap satu sama lain.
"Nande? Sepertinya kita semua merindukan Azuna, ya?" ujar Kurita.
Semuanya kembali terdiam. Suasana hening melingkupi ruangan itu. Dan semuanya berkutat dengan pikirannya masing-masing.
"Bagaimana jika kita membuat lagi kembang api yang waktu itu, dan kita menyelipkan surat itu di sana agar sampai pada Azuna di atas sana?" Tenma membuka suara. Yang lain hanya memandang pada Sang Ketua.
Suara kekehan Lilly memecahkan semuanya. "Kau benar. Sama seperti yang kita lakukan waktu itu."
.
.
.
.
.
Untuk Azuna,
Bagaimana keadaanmu di sana? Apa kau baik-baik saja? Apakah orang-orang di sana memperlakukanmu dengan baik?
Kalau kau masih di sana, kau pasti dapat melihat apa yang kita lakukan sekarang, kan? Kau tahu kami di sini begitu merindukanmu. Jika kau telah berreinkarnasi, jangan lupakan kita, ya. Kalau bertemu dengan kami dalam sosokmu yang baru, beritahulah kami. Supaya kita bisa bermain bersama lagi. Dan Super Peace Buster bisa kembali lengkap.
Kami menyayangimu.
Tertanda,
Super Peace Buster
Dan dalam hitungan ketiga, sumbu api disulut. Kemudian meluncurkan kembang api raksasa itu ke atas.
Sebuah kembang api sederhana, dimana tidak memerlukan banyak uang untuk membuatnya. Tidak perlu juga memberitahu tetangga bahwa mereka akan meluncurkan kembang api. Mereka meluncurkannya diam-diam. Di bukit, di tempat yang sama saat mereka meluncurkan kembang api demi mengirimkan surat kepada Tuhan.
Namun sekarang, tujuan surat itu adalah Azuza Hanako—bukan, tetapi Azuna, sahabat mereka.
End
Yak, fanfict lagi, sehari sekali bikin fanfict nih ceritanya :v Kali ini fanfictnya terinspirasi dari anime lawas yang berjudul Ano hi Mita Hana no Namae wo Bokutachi wa Mada Shiranai (We Still Don't Know The Name Of The Flower We Saw That Day) disingkatnya sih cuman AnoHana doang *anjir namanya panjang betul :v* yang bercerita tentang persahabatan 6 orang sahabat sejak kecil yangsalah satunya udah meninggal gara-gara "kecelakaan". Dan itu anime Endingnya sedih betul, kalo ga percaya nontonlah :'3. Nah Super Peace Buster itu adalah nama geng mereka waktu masih kecil.
Fanfict pertama yang genrenya Drama, Slice of Life nih :3 meskipun masih pendek banget sih :v
Oke nih Chara nya:
-Tenma Yadomi: Torin Kaitani
-Taiyou Matsuyuki: Gue (gue bukan tokoh utama lagi :v)
-Aguri Tsurumi: Anggrid
-Azuza Hanako: Asni (maaf nak di cerita ini kamu jadi orang yang udah meninggal :3)
-Naruko Lilly: Laras
-Kurita Hisakawa: Luthfi (gue pilih dia karena dia yang badannya paling besar di kelas :v)
Tag :
Fan Fiction,
Tenager XG,
Into The Darkness
By : Taiyou Atsuya
Suara derap langkah itu memecah kesunyian malam di asrama bulan Cross Gakuen. Ryou Hanabusa memandang keluar jendela, asyik memperhatikan Aguri yang sedang patroli tanpa mempedulikan gurunya yang sedang menjelaskan tentang keturunan vampir di Rumania.
"Aaah…sepertinya enak ~" desah Ryou saat melihat angin malam menyibak rambut yang menutupi leher Aguri. Ryuuta, sepupunya mencolek bahunya.
"Pak guru melihatmu tuh," bisik Ryuuta. Ryou mencibir mendengarnya namun akhirnya dia ikut memperhatikan pelajaran.
"Aaah…sepertinya enak ~" desah Ryou saat melihat angin malam menyibak rambut yang menutupi leher Aguri. Ryuuta, sepupunya mencolek bahunya.
"Pak guru melihatmu tuh," bisik Ryuuta. Ryou mencibir mendengarnya namun akhirnya dia ikut memperhatikan pelajaran.
"Membosankan," keluhnya seraya menguap lebar.
Sementara itu Aguri mulai lelah keliling sekolah.
"Hah ~ capeknya! Sudah jam 2 pagi. Aku tidak kuat lagi," gumamnya sambil menatap langit.
Angin malam bertiup mengantarkan aroma dingin yang menusuk. Mata Aguri mulai terpejam. Hari ini dia ngantuk sekali karena tadi siang ada tes kebugaran dan lelahnya baru terasa sekarang. Tidak apa-apa kan' kalau aku istirahat sebentar? pikirnya sembari menyandarkan tubuh ke salah satu batang pohon sakura.
Tiba-tiba ada aroma lain yang tercium samar-samar. "Bau darah!" seru Aguri sambil berdiri tiba-tiba setelah bangun dari tidur singkatnya. Dia langsung menyambar tongkatnya dan berlari mengikuti bau anyir dari kejauhan itu. Pikirannya melayang menuju Taiyou. Gawat kalau Taiyou harus menghadapi penyerangan itu sendiri! Bagaimana ya perasaannya saat mencium bau darah seperti ini? Semoga dia tidak tiba sebelum aku tiba! pikir Aguri.
Tapi saat tiba dihalaman belakang Asrama Bulan, tempat terciumnya bau darah tersebut, ternyata Taiyou sudah tiba duluan. Dia mengacungkan Bloody Rose Handgun kearah seorang vampir level E yang sedang memeluk tubuh seorang anak perempuan dari Day Class.
"Vampir busuk," ujar Taiyou sambil menatap vampir itu dengan tatapan jijik. Yang ditatap bukannya takut malah tertawa.
"Hei bocah! Kau mengerti apa yang baru kau katakan, hah? Kau juga sama sepertiku! Sama-sama vampir rendahan!" seru vampir itu disusul tawa gila yang keluar dari mulutnya. Taiyou terpaku mendengarnya. Tatapan matanya kosong. Aguri langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk berdiri diantara mereka sambil merentangkan tangannya.
"Vampir busuk," ujar Taiyou sambil menatap vampir itu dengan tatapan jijik. Yang ditatap bukannya takut malah tertawa.
"Hei bocah! Kau mengerti apa yang baru kau katakan, hah? Kau juga sama sepertiku! Sama-sama vampir rendahan!" seru vampir itu disusul tawa gila yang keluar dari mulutnya. Taiyou terpaku mendengarnya. Tatapan matanya kosong. Aguri langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk berdiri diantara mereka sambil merentangkan tangannya.
"Hentikan!" pekiknya sekuat tenaga.
Walau kakinya gemetar, dia tetap bertahan ditempatnya. Vampir tua itu tertawa lagi.
"Hoo…mau jadi penyelamat ya, nona guardian? Kasihan sekali kau bocah, saking lemahnya sampai-sampai harus dilindungi seorang wanita," ejeknya sambil melirik Taiyou.
"Hoo…mau jadi penyelamat ya, nona guardian? Kasihan sekali kau bocah, saking lemahnya sampai-sampai harus dilindungi seorang wanita," ejeknya sambil melirik Taiyou.
Tiba-tiba Taiyou menekan pelatuk pistol pembunuh vampirnya yang terarah tepat ke kepala si vampir tua. Dziing! Peluru perak melesat dan lewat tepat di bawah lengan kanan Aguri yang terentang. Tawa vampir itu berhenti, wajahnya berubah angker sebelum seluruh tubuhnya lenyap bagaikan debu yang ditiup angin. Aguri langsung lemas dan terduduk di tanah. Wajah tertawa vampir itu mengingatkannya pada vampir yang 10 tahun lalu hampir membunuhnya. Bayangan mengerikan itu muncul lagi. Saking ngerinya, Aguri tak bisa berdiri karena seluruh tubuhnya gemetaran tiada henti.
Taiyou berjalan menghampirinya.
"Kau…"
"Kau…"
"Taiyou tidak apa-apa?"
Sebelum dia sempat bertanya, Aguri sudah keburu bertanya duluan padanya.
"Kau tidak terluka kan'? Ada yang sakit?" tanya Aguri bertubi-tubi. Taiyou tertawa mendengarnya.
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu," ujarnya lembut. Aguri menatapnya dengan penuh perhatian. Taiyou tak mengerti kenapa Aguri menatapnya seperti itu.
"Kau tidak terluka kan'? Ada yang sakit?" tanya Aguri bertubi-tubi. Taiyou tertawa mendengarnya.
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu," ujarnya lembut. Aguri menatapnya dengan penuh perhatian. Taiyou tak mengerti kenapa Aguri menatapnya seperti itu.
"Taiyou lapar kan'?"
Deg! Kenapa dia bisa tahu? batin Taiyou.
"Mencium bau darah sebanyak itu pasti rasanya tak tertahankan bagimu," lanjut Aguri yang seolah bisa membaca pikiran Taiyou. Taiyou memalingkan wajahnya kearah siswi Day Class yang dihisap darahnya tadi tergeletak.
"Kita harus membawanya ke kepala sekolah untuk memodifikasi ingatannya," ujarnya, jelas-jelas berusaha mengalihkan perhatian.
Walau menyadari hal itu tapi Aguri tak punya pilihan lain selain setuju karena prioritas utama saat ini adalah menyelamatkan siswi itu.
Setelah membawanya ke tempat kepala sekolah Kurosu, Taiyou dan Aguri kembali berpatroli, kali ini berdua. Nafas Taiyou agak berat karena dia lapar darah tapi dia berusaha bertahan. Aguri menyadari hal ini.
"Kenapa kau tidak bilang saja?" tanya Aguri dengan nada putus asa.
"Kenapa kau tidak bilang saja?" tanya Aguri dengan nada putus asa.
"Bilang apa?"
"Bilang kalau kau mau darah!"
Sejenak Taiyou kelihatan kaget tapi dia langsung bisa bersikap biasa.
"Kau jangan sok tahu," ujarnya dingin. Aguri berdiri dihadapannyadan menatap matanya lurus-lurus.
"Taiyou tidak bisa bohong padaku. Aku tahu apa yang kau pikirkan hanya dengan menatapmu," ujar Aguri penuh keyakinan. Taiyou tak bisa lagi membantah. Dia hanya bisa memalingkan wajah.
"Aku benci pada Taiyou!"
Tiba-tiba saja Aguri merajuk. Dia membalikkan badan dan mulai mengomel.
"Selalu saja…Taiyou selalu ingin menaggung beban sendirian! Aku memang tidak bisa diandalkan, tapi kalau cuma darah aku bisa memberikannya padamu!" omelnya dengan bahu bergetar menahan tangis.
Dia tahu Taiyou bukan orang yang suka tergantung pada orang lain tapi tetap saja sakit rasanya kalau diperlakukan seolah tak berguna seperti itu. Pelan-pelan Aguri mulai berjalan pergi. Dia tak tahan berada di dekat Taiyou yang sedang introvert seperti ini. Mungkin saat ini lebih baik aku pergi, pikir Aguri.
"Jangan benci padaku."
Taiyou memeluknya dari belakang sehingga langkahnya terhenti. Aguri bisa merasakan bahwa lengan yang sedang memeluknya itu bergetar.
"Aku menolakmu karena aku tahu kau pasti sedang teringat peristiwa 10 tahun lalu setelah melihat vampir tadi. Kau pasti takut kalau aku menghisap darahmu saat sedang teringat kenangan buruk itu. Karena itu…karena itu…tolong, jangan benci padaku."
Raut wajah Aguri melembut. Ternyata begitu, batinnya lega. Dia mengusap lengan Taiyou yang sedang memeluk pinggangnya.
"Mana mungkin aku bisa membenci Taiyou? Taiyou adalah orang yang berharga bagiku," bisik Aguri.
"Mana mungkin aku bisa membenci Taiyou? Taiyou adalah orang yang berharga bagiku," bisik Aguri.
Taiyou mempererat pelukannya.
"Tapi…aku tidak bisa selalu bersamamu. Suatu hari nanti…aku akan tenggelam di dunia kegelapan abadi. Itu adalah takdir yang sudah pasti untukku. Kau…kau tidak boleh menganggapku berharga," ujar Taiyou dengan suara bergetar. Aguri terus mengusap tangannya dan kembali berbisik,
"Kalau begitu aku juga akan ikut ke dunia kegelapan yang menjadi takdir Taiyou karena aku tidak mau Taiyou kesepian disana."
Taiyou tak mampu lagi menahan airmatanya. Dia menangis tanpa suara. Betapa dia sebenarnya mencintai gadis ini. Betapa dia ingin selalu melindungi gadis ini. Betapa inginnya dia membuat gadis ini bahagia. Tapi sekarang dia malah menyeret Aguri ke dunia kegelapan yang akan dijalaninya nanti. Brengseknya lagi, Taiyou sama sekali tidak bisa dan tidak ingin mencegah Aguri ikut ke dunia itu bersamanya. Jauh di dasar hatinya, dia ingin selalu bersama Aguri Kapanpun. Dimanapun. Di dunia manapun. Dia sadar cintanya ini egois dan terlarang, tapi…
Dia sangat mencintai Aguri.
Cintanya sudah sedemikian besar sampai rasanya Aguri hancur karena cinta itupun tak apa. Taiyou sangat menbenci pikirannya itu. Kenapa? Kenapa aku dan Aguri harus memiliki takdir seperti ini? Kenapa aku vampir dan dia manusia? Kenapa? pikirnya penuh penyesalan. Tiba-tiba saja dia merasa menyesal telah dilahirkan di keluarga pemburu vampir, hal yang dulu amat dia banggakan. Seandainya aku terlahir di keluarga biasa, pasti keluargaku tidak akan dibantai vampir. Aku tak akan jadi korban Viene Shizuka. Dan…Azuna…akan tetap menjadi adik yang manis, bukan manusia pendendam seperti sekarang. Dan yang terpenting…masa depanku dan Aguri tak akan segelap ini.
Aguri menyibak rambut yang menutupi lehernya supaya Taiyou tak ragu lagi menghisap darahnya. Seolah menurut, pelan-pelan Taiyou menunduk dan membenamkan taringnya di leher kiri Aguri Dia tahu hal ini menjijikan, tapi dia tak tahan lagi. Keinginannya akan darah Aguri telah menyingkirkan rasa jijik itu jauh-jauh. Aguri mengaduh sedikit tapi langsung diam. Kalau dia menunjukkan rasa sakitnya, Taiyou bisa melepaskan lehernya sebelum kenyang dan dia tidak mau hal itu terjadi. Hanya aku yang bisa menolong Taiyou disaat seperti ini. Ah, bukan, hanya ini satu-satunya hal yang bisa kulakukan untuknya, batin Aguri.
Malam semakin kelam. Aroma darah yang menyengat ditiup angin jauh-jauh, menuju dunia dimana semua dosa yang terjadi malam ini akan dipertanggung jawabkan kelak.
.
.
.
Dunia kegelapan.
.
.
Dunia kegelapan.
OOWARI~
Yak Fanfict lagi saat liburan. Udah 3 jam kayaknya ngabisin waktu di depan Laptop buat beginian :3
Pas liburan gue malah jadi Author dadakan nih, biar ga tidur terus selama liburan *gue liburan ngebo mulu :v*, sekaligus request seseorang juga sih :3
Here are the Characters:
-Taiyou Kiryuu: Gue
-Aguri Kuran: Anggrid
-Azuna Kiryuu: Asni
-Ryou Hanabusa: Priyo *orangnya sok-sokan sih*
-Ryuuta Akatsuki: Ryan *entah kenapa gue kepikiran dia buat jadi sodaranya Priyo*
-Viene Shizuka: Vita *maaf mama, kamu tak jadiin orang jahat disini :3*
Tag :
Fan Fiction,
Tenager XG,