Archive for 2013
My Beloved Brother
By : Taiyou Atsuya
Malam itu gue duduk termenung di lobby pembatas antara asrama cewek
dan asrama cowok. Sekali lirik jam yang nangkring di dinding aja gue tahu kalau
sekarang waktunya tidur.
Tapi, serius, gue gak
bisa pejamin mata sama sekali.
Oh, please,
kalau pun bisa dari tadi juga gue gak bakal bersemedi di sini, kan?
Yah, sudahlah. Lebih
baik gue lanjutkan kegiatan bersemedi-di-atas-sofa-sambil-ngelapin-Val-Sparos-tercinta
ini.
Ah, omong-omong gue
belum cerita ya, kenapa gue yang harusnya ngelapin Siren malah jadi ngelapin
LBX Knight frame warna biru-abu-abu punya Taiyou
ini.
Bukan, gue bukannya
membabukan diri ke cowok pirang satu itu dengan ngelapin LBX-nya, lagian
siapa juga yang mau disuruh dia? euwh, tapi mulai hari Rabu kemarin,
Val Sparos itu resmi jadi milik gue.
Eh, eh, tunggu. Jangan
bilang gue perusak hubungan Taiyou-Val Sparos dulu dong. Gue jelasin deh cerita
yang sesungguhnya.
Jadi, kalian tahu kan
kalau Rabu dua minggu sebelumnya Taiyou itu kenapa? Nah, gara-gara kejadian “itu”,
LBX dia yang sekarang dalam dekapan gue ini rusak berat. Akhirnya karena satu
dan banyak hal, kakak ganteng (tapi masih gantengan Taiyou sih) yang jadi commander
kelas Harness, Kaidou Jay-san,
memberi instruksi agar si Taiyou ini dibikinin LBX baru.
Terus kenapa Val Sparos
keadaannya jadi membaik setelah berada di tangan Kashima Aguri? Oh, itu karena
tangan gue ajaib~
Ah, maaf, coret aja yang
tadi.
Karena mekanik pleton
satu, Hosono Azuna, dan mekanik jenius andalan Harness, Koujou Yashio, sibuk
ngerancang LBX baru itu, maka mekanik pleton gue yang coret—titisan Mama Loren—coret
memang tertarik sama Val Sparos membabukan diri untuk maintenance LBX yang sempet ngebantai
Gruxeon punya Bandit tersebut.
Tapi, ternyata oh
ternyata, Kiyoka punya maksud lain yang tersembunyi pemirsa.
Dia sengaja ngembaliin Val
Sparos setelah Taiyou udah megang Val Diver—LBX barunya itu—jadi pas cowok pirang
itu dengan riang gembiranya mau memboyong sang pujaan hati, Kiyoka langsung
narik lagi Val Sparos sambil ngomong:
"LBX lo, Val Sparos,
jadi milik pleton gue."
Nah, jadi siapa yang
jadi perusak hubungan, bukan gue kan?
Kalau bukan Aguri, terus
kenapa itu LBX sekarang lagi gue elapin? Tenang, simpen dulu sapu yang mau
kalian sambit ke gue.
Berhubung ketua pleton
gue, Viene, udah terlanjur cinta mati sama Siren warna putih-cream miliknya, dan Lilly lebih suka warna pink
daripada biru, akhirnya Val Sparos pun dilengserkan buat gue *kasian
banget ya gue, dapet LBX baru lungsuran pula*
Gak masuk akal? Biarin, yang penting Mito-sensei dan si empunya LBX-nya setuju
tuh.
Kok Taiyou bego sih,
mau-maunya ngerelain Val Sparos buat Aguri? Wey, santai dulu kenapa? Ada alasan
tersendiri di balik itu semua kok.
Dia mau percayain Val
Sparos ke gue … karena … dia ….
"Lho? Aguri, belum
tidur?"
Nah, loh, orangnya
datang.
Sejurus gue noleh ke
sumber suara. "Ah, halo Yo. Gue lagi ngelapin Val Sparos."
"Meh, jadi keranjingan
gitu lo, mentang-mentang LBX baru," ledeknya.
Bibir gue ngerucut.
"Halah, sendirinya juga pose-pose mulu pas lagi War
Time. Gue bingung kenapa Gruxeon gak langsung ngebantai lo pas lagi
gitu."
Taiyou tertawa.
"Gitu banget lo, Aguri, gak asik ah!" katanya seraya nyamperin dan
duduk di sebelah gue.
Aw, yeah,
area semedi gue pun terusik.
Setelah membiarkan
keheningan menggantung, cowok beriris biru itu pun buka mulut.
"Lo tau gak, Aguri?"
"Hm?" Gue
hanya ngegumam pelan karena sibuk benerin posisi tangannya Val Sparos yang
agak nyengsol.
"… Masa tadi Kyou
nanya 'Yo, lo jadian sama Aguri
bukan?' ke gue coba."
WHAT DE—
"—Seriusan, dia
nanya gitu ke gue, Aguri." Seolah tahu jeritan hati gue, Taiyou menyela.
Gue langsung terpekur
seketika. Kyou, kok lo tega banget sama gue yang udah memendam perasaan ini ke
lo dari kelas satu sampai sekarang.
"Jeh, jangan madesu gitu dulu kali Aguri. Kyou
nanya gitu juga gegara dia … ehm … takut lo diembat sama gue."
Spontan gue nengok
sambil masang muka what-de-heck-did-you-say-to-me.
"Yo. Please.
Gak. Usah. Over. Pede," kemudian gue
berujar.
Lalu si rambut pirang
itu ngakak sejadinya. Dan gue pun bergegas ngejitak dia sebelum Yovy-san yang ngejitak kami berdua.
"Ahahah, duh, sakit
kampret! Lagian gue juga gak bilang lo jadian sama gue atau apa kok."
Mendengar itu, gue pun
mengurungkan niat untuk menggencarkan jitakan keempat ke kepala batanya.
"Memang lo ngomong apa?"
"Gue bilang 'Lu ngelawak apa gimana, Kyou? Gak
mungkinlah gue pacaran sama adek gue sendiri. Bisa dibantai ibu gue nanti gue
pas lulus dari sini.' gitu …."
Meskipun agak gak sreg
sama jawabannya Taiyou, seenggaknya gue bisa menghela napas lega karena masih
ada kesempatan bagi gue untuk memiliki Taiyou *meskipun dia kakak gue*
Setelah terdiam beberapa
saat, Taiyou pun berangsur jadi kalem. "Omong-omong, Aguri, Siren punya lo
dikemanain?"
"Siren? Ada di
kamar gue."
"Oh, gak lo buang
kan?"
Gue berjengit.
"Hah?! Ya enggaklah, Yo. Memang gue sejahat itu apa?"
"E-eh kalem aja
kali, Aguri. Baguslah kalau gak lo buang, jaga tuh baik-baik, biar gimana juga
Siren udah nemenin lo ngejalanin misi dari kelas satu kan."
Sesuai omongannya
barusan, gue pun jadi kalem. "Iya, gue tahu kok, Yo."
Cowok itu tersenyum.
"Ah iya, satu lagi, jagain Val Sparos buat gue ya, Aguri!"
"Pastilah,"
gue nyahut.
"Hahaha, sip deh.
Soalnya cuma lo, adek gue yang cantik dan bawel, yang bisa gue percayain."
Taiyou ngacak pelan rambut cokelat gue.
"Duh …." Gue
tersipu dikit. "Iya Yo, iya."
Cowok itu terkekeh.
"Ya udah, tidur gih lo. Jangan dielapin mulu si Val Sparos, ntar cepet
luntur, hahaha."
Gue beranjak dari duduk.
Ah bener juga, lagian gue udah ngantuk berat sebenernya.
"Iya deh, gue ke
kamar ya."
Taiyou ngangguk kemudian
dia mulai napakin anak tangga. Sebelum gue buka pintu asrama cewek, dia sempet
manggil gue.
"Aguri, oyasumi~!"
Gue nengok ke belakang
kemudian senyum. "Oyasumi, Yo."
Dia tertawa terus
langsung ngacir ke lantai dua, sementara gue langsung masuk asrama dan jalan
menyusuri lorong yang menuju ke kamar gue.
Begitu sampai kamar, gue
langsung menghempaskan diri di atas kasur, tentunya setelah gue simpen Val
Sparos di atas meja, di sebelah Siren dong.
cobaan
Hampir aja mata gue
terpejam, kalau gue gak inget masih utang jawaban ke kalian.
Yeah. Alasan Taiyou mau
percayain Val Sparos ke gue itu karena dia bilang
.
.
.
.
“Aguri itu adek tersayang gue”
Oowari~
Akhirnya selesai juga ff gue, setelah melalui berbagai coret-pergulatan-coret cobaan oleh karena guru yang memberikan gue tugas bergunung-gunung #plak #lebay #okeabaikan
Jadi disini ceritanya si Taiyou sama Aguri itu kakak-adek ketemu gede, maksudnya mereka dipertemukan oleh karena pernikahan orangtua mereka *bukan kakak-adekan modus lho ya*. Terus soal kejadian "itu" yang dimaksud disini adalah ketika Sena Taiyou merusak LBX-nya gegara dia Overload (kemampuan dasar manusia untuk menstimulasi otak agar bekeja lebih cepat dari biasanya, jadi seolah-olah waktu berhenti buat sesaat) waktu ngebantai Gruxeon. Maaf kalo ff kali ini rada bikin bingung. Ini ff gue bikin terinspirasi dari sebuah anime yang judulnya Danball Senki Wars.
Oke inilah Karakternya:
-Sena Taiyou: Gue sang Author
-Kashima Aguri: Anggrid
-Kaidou Jay: Ajay
-Kyou Izumi: Priyo
-Hosono Azuna: Asni
-Koujou Yashio: Bayu
-Viene Ruth: Vita
-Lilly Sonoyama: Laras
-Yovy-san: Yovita
-Kiyoka Sendou: Hanifah
Tag :
Fan Fiction,
Tenager XG,
Papa....
By : Taiyou Atsuya
"Hosokawa Azuna."
Sebuah tangan mungil mengangkat tinggi, pemiliknya adalah seorang anak perempuan bertubuh mungil dengan rambut cokelat muda pendek. Namanya dipanggil oleh gurunya. Hanya dengan mendengar nama lengkapnya sendiri, si gadis kecil tahu bahwa ia masih memiliki ayah—dan nama keluarganya sama dengan nama keluarga sang ayah.
Meski gadis kecil itu sudah tidak ingat lagi bagaimana hangat pelukan sang ayah dan senyum bahagianya, Azuna tidak pernah membenci ayahnya.
"Dango... dango... dango... dango... dango... daikazoku."
Lagu itu tidak pernah dilupakan oleh Azuna ia ingat, lagu itu dinyanyikan dengan riang gembira oleh seorang wanita bersuara lembut yang wajahnya belum pernah ia lihat langsung. Ia hanya pernah melihat wajah itu di dalam foto, Sanae, neneknya, bilang bahwa wanita di dalam foto itu adalah ibunya.
Namanya Hosokawa Aguri.
Hosokawa. Nama keluarga dari sang ayah. Dua hari yang lalu Sanae membawa Azuna yang masih berusia tiga tahun untuk bertemu dengan ayahnya, namun yang terjadi malah sang ayah marah besar dan meminta Sanae untuk membawa Azuna pergi jauh darinya.
Hosokawa Taiyou membencinya.
Azuna tidak menangis, walau sebenarnya gadis kecil itu sedih. Azuna sama sekali tidak menitikkan air mata. Namun ketika kembali ke kediaman Kurokawa—rumah kakek dan neneknya, yang dilakukannya hanya menatap pigura berisi foto sang ibu.
"Azuna-chan?" tegur Sanae.
"..."
"Azuna-chan..."
"Sanae-san..."
"Hm?"
"Ceritakan padaku tentang Mama."
Sanae hanya tersenyum lembut seperti biasanya, kemudian mengacak pelan rambut cokelat Azuna Bagi Sanae, Azuna adalah penyembuh kesepiannya setelah kepergian Aguri. Cucu perempuan yang dilahirkan oleh putrinya dengan bayaran nyawa ini sangat mirip dengan ibunya—terutama lugu dan polosnya.
"Suatu saat nanti, Papa akan bercerita mengenai Mama pada Azuna-chan."
"Bagaimana kalau Papa tidak mau?"
Sanae tersenyum lagi, "Papamu tidak akan menolak."
Azuna kecil mengangguk tanda mengerti, kemudian tersenyum tipis dan kembali memasang wajah datarnya. Seandainya sang ibu masih hidup, apakah ayahnya akan sama seperti ini? Apakah salah Azuna sehingga ibunya kini tidak ada?
"Sanae-san?"
"Ya?"
"Apakah Papa membenci Azuna?"
Sanae terkesiap, pertanyaan seperti ini...
"Sanae-san?"
...sama sekali tidak bisa ia jawab.
"Tentu saja tidak, Azuna," jawab Akio yang baru saja masuk.
"Akki!" Azuna meninju ke udara dan berlari kecil menghampiri kakeknya itu, kemudian memeluk kaki
Akio erat-erat.
"Kau mau bermain baseball?"
"Uwm," Azuna mengangguk.
"Baiklah, ayo!" ajak Akio.
"Yo!" sahut Azuna semangat.
Sanae tahu, ajakan suaminya itu hanya untuk membuat Azuna lupa mengenai masalah tentang ayah dan ibunya. Walau selama tiga tahun ini Taiyou sama sekali tidak ingin bertemu dengan anaknya, namun sama sekali tidak ada guratan kebencian di wajah polos Azuna ketika melihat foto ayahnya ataupun di ajak bertemu dengan anaknya.
Azuna memiliki hati seputih kertas.
Tepat lima tahun sudah setelah kepergian Aguri dan kelahiran Azuna Hari ini adalah ulang tahun Azuna yang ke-lima, dan lagi-lagi hanya dirayakan dengan Akio dan Sanae di kediaman Kurokawa. Ayahnya tidak ada. Di lima ulang tahun pertama Azuna, Taiyou tidak pernah hadir untuk sekedar mengucapkan selamat.
"Ini hadiah untukmu, Azuna-chan," Sanae memberikan sebuah kado berbentuk kotak merah berpita hijau.
"Terima kasih, Sanae-san," ujar Azuna pelan, "apakah hari ini Papa tidak akan datang juga?"
Sanae menggeleng, Akio menghisap rokoknya dalam-dalam, kemudian mengacak rambut Azuna mencoba menghibur cucunya.
"Lebih baik kau buka hadiah dari Sanae."
"Uwm," Azuna mengangguk.
Tangan mungil itu bergerak membuka pita dari hadiah yang di dapatnya, kemudian membuka kertas kado, dan terakhir kotak berwarna putih. Di dalamnya ada sebuah mainan, kecil, bentuknya kura-kura.
"Kura-kura."
"Kau suka, Azuna-chan?"
"Uwm."
Sepasang mata hazel itu menyiratkan kebahagiaan sekaligus kesedihan secara bersamaan. Sampai kapan ayahnya tidak hadir di pesta ulang tahunnya? Apa selamanya harus begini? Padahal Azuna ingin sekali meniup lilin ulang tahunnya didampingi oleh sang ayah.
"Akki."
"Ya, Azuna?"
"Aku ingin jalan-jalan."
"Humm?"
"Aku ingin jalan-jalan bersama Sanae-san dan Akki."
"Ide bagus! Kalau begitu, minggu depan kita jalan-jalan!"
"Horeee!" Azuna mengangkat kedua tangan mungilnya dengan gembira.
Sepertinya Akio dan Sanae punya rencana lain tentang ini.
Minggu berikutnya, ketika Azuna pulang sekolah, kakek dan neneknya tidak ada di rumah. Berkeliling rumah mencari kakek dan neneknya itu pun percuma, yang ia temui di dalam rumah itu hanya seorang pria berambut biru tua, sedang duduk di ruang tamu. Tunggu! Itu... ayahnya.
"Azuna!" bentak ayahnya geram karena Azuna berisik ketika berlari berkeliling di rumah.
Langkah Azuna terhenti. Suara kasar itu hanya milik ayahnya, dan Azuna takut dengan bentakkan sang ayah. Namun ia tidak daat menahan diri untuk tidak menampakkan wajahnya di depan sang ayah.
"...Sanae-san?"
"Tidak ada," sahut Taiyou ketus.
"Akki?"
"Tidak ada. Mereka berdua sedang pergi..."
"...mereka berjanji akan jalan-jalan denganku."
"Aku tahu. Kau tunggu saja."
"Uwm."
Namun yang anak perempuan itu lakukan hanya berdiri mematung di dekat sang ayah—memandangi setiap lekuk wajahnya; rambut birunya, sepasang iris gelap, hidung mancung, dan bibirnya yang tipis. Di dagunya tumbuh janggut tipis, dan di bawah matanya ada sedikit kantung mata, tanda bahwa sang ayah kurang tidur beberapa hari ini.
"Mau apa lagi? Main sana!"
"Baik."
Azuna mengangguk polos, kemudian mengambil mainan kura-kura yang diberikan Sanae minggu lalu dari tasnya, kemudian berlari ke pintu depan. Namun...
Bruk!
Gadis kecil itu terjatuh tepat di depan pintu masuk, mendengar hal itu, refleks Taiyou beranjak dari ruang tamu dan menghampiri Azuna yang terjatuh.
"Hei, hei, kau tidak apa-apa?"
Taiyou mengangkat tubuh kecil Azuna kemudian mendudukkan di sampingnya. Gadis kecil itu meringis menahan sakit, namun tidak tampak akan menangis—Sanae bilang ia tidak boleh menangis kecuali di toilet.
"Bagian mana yang sakit?"
"Uh-huh," Azuna menggeleng, kemudian melompat turun dan mengambil mainannya yang rusak karena ia terjatuh tadi.
"Rusak?"
"Uwm..." Azuna mengangguk lemah.
"Coba lihat," sang ayah mengambil mainan itu dari tangan Azuna "mungkin bisa diperbaiki dengan super glue. Tunggu sebentar."
"Uwm," Azuna mengangguk patuh.
Taiyou masuk ke dalam rumah, mengambil lem dari laci dan kembali duduk di ruang tamu, dengan Azuna mengekor di belakangnya. Ingin sekali Azuna memanggilnya 'Papa', walau sekali saja, namun urung karena takut Taiyou akan membentaknya.
"Ini," Taiyou menyodorkan mainan pada Azuna setelah selesai ia perbaiki, "masih ada retakan, tapi ini jauh lebih baik daripada tadi. Jangan dimainkan sebelum lemnya kering."
"Uwm," Azuna mengangguk lagi, "terima kasih."
"Sudah main sana, jangan ganggu aku lagi."
Taiyou mencoba merebahkan tubuhnya, kemudian memejamkan matanya beberapa saat. Ia mengantuk sekali. Akhir-akhir ini ia kurang tidur karena banyak pekerjaan.
Taiyou tahu, ia tidak bisa menjadi ayah yang baik untuk Azuna terlalu sulit. Kehilangan Aguri ketika kelahiran Azuna bukanlah hal yang mudah dilupakan oleh Taiyou. Laki-laki itu tidak membenci anaknya, ia hanya tidak tahu harus menumpahkan semua kesalahan ini pada siapa. Untuk saat ini, Taiyou hanya bisa menumpahkan kekesalannya pada Azuna.
Baru beberapa menit Taiyou memejamkan matanya, sepasang tangan mungil menggoyangkan tubuhnya. Berat hati, Taiyou membuka matanya, kemudian bangun.
"Ada apa?"
"Tidak mau bergerak," Azuna menyodorkan mainannya.
"Coba kulihat," Taiyou kembali mengambil mainan itu, kemudian menggerakkan roda di bawahnya.
Tidak bergerak.
"..."
"Ini rusak."
"Tidak bisa diperbaiki lagi?"
"Tidak. Kau mau membuangnya?"
"Uh! Jangan!" Azuna merebut mainan itu dari tangan Taiyou.
"Oi, oi, aku hanya bercanda."
Tidak akan pernah Azuna membuang mainan itu, mainan pertama yang diperbaiki oleh sang ayah. Mainan itu sangat berharga untuknya, benda pertama... yang diperbaiki ayahnya.
Satu hari sudah Azuna menghabiskan waktu di rumah hanya berdua dengan sang ayah. Sanae dan Akio belum menunjukkan tanda akan pulang. Dan pagi ini, Azuna duduk di pintu depan, berdua dengan sang ayah. Tepat ketika seorang tetangga berjalan di depan rumah Sanae dan Akio sambil bercanda dengan anak-anaknya.
Azuna memandang datar, ia ingin sekali seperti itu, memegang tangan ayahnya, berjalan berdua. Namun gadis kecil itu takut, takut sang ayah akan membentaknya.
"Kau mau jalan-jalan?" tanya Taiyou tiba-tiba.
"Eh?" Azuna menoleh, memandang lurus ke arah Taiyou, ekspresinya tetap datar, "Uwm."
"Kalau begitu, cepat siapkan baju dan barang yang ingin kau bawa."
"Uwm," Azuna mengangguk lagi, kemudian berlari ke dalam rumah.
Hari ini, untuk pertama kalinya, sang ayah mengajak Azuna jalan-jalan. Tanpa bentakkan, tanpa amarah, tanpa tatapan tajam.
Gadis kecil itu senang sekali.
Matahari bersinar hangat, langit mulai berubah menjadi merah keemasan, hamparan bunga-bunga terlihat begitu indah sejauh mata memandang. Azuna berkali-kali membelah hamparan bunga itu, mencari mainan robot-robotan pertama yang dipilihkan dan dibelikan oleh ayahnya kemarin. Andai saja ia bisa lebih hati-hati.
Taiyou sedang pergi tadi, meninggalkan Azuna sendirian di hamparan bunga itu.
Gadis kecil itu hampir menangis sekarang. Ia tidak ingin kehilangan benda paling berharga itu. Ia tidak ingin dibenci oleh ayahnya lebih dalam lagi. Sudah cukup atas dosanya mengambil nyawa sang ibu hanya untuk kelahirannya.
Gadis kecil itu ingin menangis sekarang. Ia putus asa. Tidak akan ada yang berubah setelah jalan-jalan bersama ayahnya ini. Ayahnya pasti tidak akan menerima kehadirannya. Semua salahnya, seharusnya ia tidak pernah lahir ke dunia ini. Seharusnya ia tidak menjadi anak dari Hosokawa Taiyou dan Hosokawa Aguri.
Ushi tahu, sampai kapanpun ia tidak akan pernah bisa merayakan ulang tahun bersama ayahnya, ia tidak akan bisa merasakan hangat pelukan ayahnya. Tidak akan pernah. Ini jalan-jalan pertama Azuna dengan sang ayah, tidak tahu kapan akan terjadi lagi.
"Papa..."
"AZUNA!"
Itu suara ayahnya, Azuna tahu itu, sang ayah akan kembali untuk menjemputnya di taman bunga ini. Namun ekspresi keras di wajah sang ayah sudah tidak ada lagi, yang ada malah senyum hangat di wajah itu.
"Kau tidak dapat menemukannya?"
"Uh-huh," Azuna menggeleng, air mata menggenang di pelupuk matanya.
"Sudahlah. Nanti kita beli lagi mainan yang seperti itu, ya?" ujar sang ayah, kemudian mengacak lembut
rambut Azuna.
"Tidak mau!"
"Astaga. Kau keras kepa—"
"Tidak mau. Itu... itu... mainan itu hanya ada satu di dunia."
"Di toko masih banyak, Azuna."
"Tidak. Mainan pertama yang dipilihkan dan dibelikan sendiri oleh... Papa. Azuna senang sekali," Azuna menunduk.
"Azuna?"
"Papa... maaf."
Azuna tidak berharap ada pelukan hangat, namun ia bersyukur, ia masih memiliki keberanian untuk memanggil laki-laki di hadapannya ini dengan sebutan 'papa'.
"Azuna... tidak apa, nanti kita beli lagi," Taiyou berlutut, kemudian mengusap rambut Azuna.
"Papa... boleh Azuna memeluk Papa?"
"Ke sini, sayang."
Dan gadis kecil itu menghambur memeluk sang ayah dengan sangat erat. Rasanya Azuna tidak mau melepaskan pelukan itu.
"Papa... hiks... Sanae-san pernah bilang... hiks... bahwa tempat terbaik untuk menangis... hiks... adalah di toilet dan... hiks... di bahu Papa."
"Menangislah jika ingin, Azuna."
Detik berikutnya, Azuna menangis keras-keras di bahu sang ayah, persis seperti lima tahun yang lalu, saat ia pertama kali melihat dunia.
Tangisannya begitu keras dan memilukan, seakan menyadarkan Taiyou bahwa selama ini ia salah, selama ini ia tiada bedanya dengan ayah yang dibencinya. Apa yang ia lakukan pada gadis kecil ini? Apa benar semua ini salahnya hingga Aguri meninggal? Apa ini yang diinginkan Aguri?
Air mata Taiyou menetes. Di bawah sinar matahari yang akan kembali ke singgasananya, ayah dan anak itu berbagi kesedihan. Berdua.
"Dango... dango... dango... dango... dango... daikazoku."
Azuna duduk di bahu sang ayah yang berjalan melewati kerumunan orang-orang di stasiun. Gadis kecil itu bersenandung pelan bersama sang ayah, berdua.
"Papa."
"Hm?"
"Nanti kita jalan-jalan lagi, ya?"
"Iya, jika Azuna janji akan jadi anak baik."
"Uwm," Azuna mengangguk kuat-kuat.
"Kita pulang ke rumah Papa, ya?"
"Ya!" Azuna meninju ke udara.
Setelah ini, lembaran baru hidup Taiyou dimulai. Ia akan menebus dosanya selama lima tahun terakhir ini karena menelantarkan buah cintanya dengan Aguri. Ia akan membahagiakan anaknya, Hosokawa Azuna.
-END-
Owari, ff ke entah yang keberapa. Yang penting ada kerjaan lah selama liburan. Aku bikin buat ngisi waktu luang selama liburan yang SELO ini :v
Oke ini ff terinspirasi dari Anime Clannad, anime ini sedih banget sumpah. Ciyusan dah gak bohong aku. Ini anime bisa bikin aku nangis beneran *ini yang pertama, setelah itu AnoHana*. Pokoknya True Love banget deh pasangan di anime ini :'). Oiya, lagunya yang ada di ff ini itu judulnya Dango Daikazoku (Dango Big Family) kalo mau nyarinya, biar lebih dapet feelnya baca ff ini :3
Oke ini para karakternya:
-Hosokawa Azuna: Asni (kamu kan anakku di silsilah nak :v)
-Hosokawa Taiyou: Me, The Author.
-Hosokawa Aguri: Anggrid (Maaf ya Minccino, kamu di ff ini jadi orang yang udah ga ada :'( )
-Kurokawa Sanae: Vita (Hai mama mertua :P)
-Kurokawa Akio: Afiv (Halo papa mertua :v)
Tag :
Fan Fiction,
Tenager XG,
Zeronos no Jikan (Zeronos' Time)
By : Taiyou Atsuya
resiko menjadi seorang pahlawan, ah bukan, tapi resiko menjadi seorang Zeronos adalah hilangnya ingatan akan keberadaan dirinya dari orang – orang terdekatnya, sahabat, teman dan yang baru ia kenal. Bahkan, Aguri – san sekalipun.
ZERO TIMES Prologue
.
.
.
.
"malam ini sepertinya kita tidur di bawah langit yang indah Taiyou–kun."
"ah, ya.. Langit sepertinya sedang memperlihatkan keindahannya."
Mereka terlihat begitu romantis dibawah sinar rembulan. sehingga, melupakan waktu yang dilewati. Tiba – tiba saja, salah satu dari mereka memegang tangan orang sebelahnya.
"hei,"
"ya ada apa Taiyou-kun?"
"kalau kau segitu rindunya denganku, JANGAN PEGANG TANGANKU SIEG, AKU BUKAN HOMO!"
Malam yang indah bagi Sakurai Taiyou dan Sieg. Sieg adalah sebuah Imajin dan partner bagi Taiyou. Taiyou sendiri adalah seorang Kamen Rider Zeronos dengan sebuah kereta sebagai kendaraannya yang dapat melintasi waktu yang bernama ZeroLiner. Taiyou dan Sieg tidak bisa dibilang partner yang akrab. Mereka mempunyai sifat yang bertentangan. Taiyou adalah orang yang keras kepala, kekanak – kanakan dan menyukai makan – makanan yang manis. Sementara Sieg adalah Imajin yang baik, ramah dan sangat menjaga kesehatan dan keselamatan Taiyou Seringkali mereka bertengkar karna Taiyou merasa Sieg mengganggu dirinya. Tapi, dibandingkan dengan Ryoutarou, Hana – chan, dan Taros bersaudara. Hanya Sieg - lah yang paling mengerti akan kesedihan Taiyou alami. Bagi Taiyou menjadi seorang Kamen Rider Zeronos adalah kebanggaan dan kesedihan.
Kebanggan yaitu dapat menolong orang – orang dan memperlihatkan kehebatannya dan kesedihan adalah makin hilangnya ingatan orang akan keberadaan dirinya sebagai resiko setiap penggunaan kartu Zeronos. Sudah banyak ingatan orang akan dirinya yang ia korbankan. Tapi, bagi Taiyou sudah tak ada jalan lain selain menjalani ini semua. Seringkali Sieg mencoba menghentikan Taiyou agar ia tidak menggunakan kartu Zeronos lagi. Tapi keadaan selalu memaksanya. Bukan karna dia ketagihan akan kekuatan Zeronos tapi karna masih banyak orang yang membutuhkan kekuatannya termasuk Aguri – san.
Sieg masih ingat ketika Taiyou untuk pertama kalinya mendapatkan kartu Zeronos dari Taiyou yang datang dari masa depan atau yang biasa dipanggil dengan nama Sakurai – kun agar bisa membedakan mereka berdua. Dengan alasan untuk menjaga keseimbangan waktu, Taiyou menerima kartu yang Sakurai – kun berikan pada dirinya dan siap menerima resiko yang ia terima. Biarpun perbedaan mereka hanya terletak pada waktu yang berbeda, tapi Sakurai dan Taiyou adalah orang yang sama tapi berbeda. Biarpun tidak ada orang yang dapat memahami ini semua karna hanya waktu yang akan menjelaskan hal ini.
Taiyou sendiri masih belum mengerti hubungan dia dengan Aguri – san. Aguri – san menganggap ia dengan Taiyou mempunyai hubungan yang spesial tapi Zeronos sekali lagi memberikan bukti nyata bahwa Aguri –san adalah korbannya. Sebenarnya jauh dari lubuk hati yang terdalam Aguri-san sekalipun akan selalu ada keberadaan seseorang yang sangat spesial hanya saja bukan Taiyou atau Sakurai
tapi Sakurai Taiyou.
Sakurai dan Taiyou tidak bisa menjadi sempurna dihadapan Aguri. Mereka sama tapi berbeda. Mereka orang yang sama tapi berbeda dan mereka Sakurai Taiyou tapi berbeda.
Zero Times
.
.
.
.
Taiyou dan Sieg melewati malam ini dengan bertengkar lagi. Taiyou kesal dengan Sieg yang memegang tangannya dengan penuh mesra ditambah jamur dan paprika ikut masuk ke dalam perutnya tanpa diketahui dirinya. Tapi, Semua hal yang dia lakukan itu niatnya baik. Yaitu mencoba menghibur kesepian Taiyou yang Hubungannya makin membingungkan dengan Aguri. Padahal Sieg tahu bahwa dia tidak akan dapat menggantikan keberadaan Aguri – San ditambah Taiyou lebih tertarik pada wanita itu dibandingkan sebuah Imajin yang selalu mencoba menggantikan kedudukan Aguri.
Sieg menyadari satu hal, bahwa Taiyou sudah bertahan selama 1 minggu untuk tidak menggunakan kartu-nya sama sekali dengan selalu bergantung pada kekuatan Sieg dan Ryoutaro saja. Taiyou mencoba untuk menjaga ingatan Aguri tentang keberadaanya agar selalu ada. Sieg tak mempermasalahkan itu dan malahan mendukung hal tersebut. Mungkin dengan begitu Taiyou dapat menjawab semua pertanyaan yang selalu menghantuinya akhir – akhir ini. Akhirnya waktu menjadi semakin malam dan diakhiri dengan kekalahan Taiyou yang tak sengaja memukul badan Sieg yang super keras.
Malam hari telah lewat dan hari dimana waktunya belanja tiba. Sieg merasuki tubuh Taiyou Itu adalah kemampuan spesial dari sebuah Imajin untuk merasuki orang yang di kontraknya. Tapi, yang kita dan pengarang (?) tahu adalah jika Sieg yang berbelanja makan akan timbul masalah. Masalah pertama datang ketika Sieg akan mengambil paprika dan terjadilah pertarungan sengit. Masalah kedua timbul lagi ketika Sieg mencoba mengambil jamur. Sieg memang pintar menipu dalam urusan belanja. Dia selalu mencoba berbagai cara hanya untuk mendapatkan makanan sehat atau bisa dibilang makanan yang tidak disukai Taiyou Mulai dari cara badan menghadap kearah berlawanan dari posisi penglihatan sampai Sieg mencoba meminta tolong agar penjaga supermarket mengambilnya. Tapi bukan Taiyou namanya jika tidak mengetahui tingkah laku menyebalkan partnernya ini, dan terjadilah pertarungan sengit (lagi) antara mereka berdua hingga akhirnya keduanya kelelahan. akhirnya Taiyou pergi ke caffe Aguri – san. Tapi, setiap kali Taiyou datang ke cafe Aguri Kembali lagi ia dihadapkan kepada pertanyaan tersulit pada dirinya ' apa hubungan dia dengan Aguri – san?'
"selamat datang, ah Sakurai – kun ya? Ryu-chan sedang keluar" sambutan hangat datang dari Aguri – san menyambut kedatangan Taiyou.
"ya tak apa, tolong berikan aku segelas coffe."
Dengan wajah penuh pertanyaan, Taiyou memandang Aguri – san yang sedang menyeduh coffe yang dibuatnya. Setelah selesai, dia meletakan di meja Taiyou.
"maukah kutemani Sakurai - kun?" tanya Aguri.
Taiyou sedikit ragu menerima tawaran Aguri yang mendekatinya. Sembari melihat Aguri yang berdiri didepannya "ahh... ya boleh." jawab Taiyou.
Mereka terdiam sejenak. Tak ada yang memulai pembicaraan. Mereka seperti ragu akan memulai pembicaraan padahal mereka mempunyai banyak pertanyaan – pertanyaan dalam fikiran mereka. Lalu, Aguri lalu memandangi teleskop yang tak lain adalah punya Sakurai - kun.
Taiyou yang melihat Aguri – san memandangi teleskop itu tak dapat mengerti arti dari mukanya itu. Seberapa pentingkah teleskop itu bagi dirinya.
"kau tahu, teleskop itu adalah benda yang sangat berharga bagiku dan Ryoutarou walaupun selalu timbul hal yang tak dapat kumengerti"
"dan?" tanya Taiyou.
"seperti ada yang hilang." jawab Aguri.
Mereka berdua saling bertatapan. Seperti ingin mengatakan sesuatu tapi selalu tertahan. Tak tahu apa yang menyebabkannya. Lamunan mereka buyar ketika terdengar pintu caffe terbuka dengan kedatangan laki – laki yang memakai baju kemeja panjang dan terlihat mukanya sangat bahagia. Aguri yang masih duduk lalu beranjak menyambut kedatangan laki –laki itu. Mereka berdua terlihat sangat akrab sampai ketika laki – laki itu memulai sebuah pembicaraan.
"Aguri, aku sudah menyiapkan tempat yang sangat indah untuk pernikahan kita."
"wah baguslah, aku sudah tak sabar menunggu hari itu tiba."
Taiyou tidak mengerti dengan maksud pembicaraan mereka berdua, dia juga tidak mengerti dengan segala yang terjadi pada mereka berdua.
"oiya aku lupa mengenalkan padamau Sakurai - kun, lelaki ini namanya Kikuchi dan dia adalah tunanganku. Sebentar lagi kami akan menikah."
"jadi ini teman Ryoutaro yang kau ceritakan kepadaku Aguri? Wah sepertinya kalian berdua sangat akrab ya!"
"ah ya... tapi sepertinya tidak kelihatan akrab." Taiyou mencoba untuk menutupi mukanya yang penuh dengan pertanyaan itu.
Seketika timbul banyak pertanyaan yang menghampirinya. Dalam fikirannya, dia masih terus menyangkal bahwa mereka berdua sudah bertunangan. Tapi kenyataannya adalah mereka bertingkah sangat akrab dan mulai meyakinkan Taiyou Taiyou yang tidak tahan melihat mereka mulai beranjak dari kursi dan segera pamit.
"Aguri – san aku pamit, ada hal yang harus kubereskan."
"eh... Sakurai-kun cepat sekali, bahkan kau belum menghabiskan teh – mu."
"tak apa, aku titip salam saja pada Ryoutarou,"
"kembalilah jika kau ada waktu senggang" kata kikuchi.
"aa-baiklah"
Lekas Taiyou keluar dari caffe Aguri. Ketika sampai diluar, dia bertemu dengan Ryoutaro dan Sieg yang lari kearah dirinya. Ryoutaro merasa ada sesuatu yang janggal pada diri Taiyou. Seperti terlihat bahwa Taiyou sudah sadar apa yang terjadi. Ryoutaro yang merasa bersalah lalu menunduk meminta maaf.
"gomenasai Taiyou – kun, ini salahku yang tidak memberitahuku."
Sieg yang melihat Ryoutaro menunduk lalu ikutan menunduk juga.
"gomenasai Taiyou, aku yang salah karna tidak segera memberitahumu."
"ah... tak apa, aku akan segera kembali ke Zero liner, hanya butuh istirahat saja."
"biarkan aku ikut Taiyou." jawab Sieg.
Mereka berdua pun naik Zero liner dan meninggalkan Ryoutarou. Di dalam Zero liner, Taiyou masih merasakan betapa sakitnya ketika dia tahu bahwa Aguri telah bertunangan. Dia tidak mengerti dengan semua ini. Dadanya terasa begitu sesak ketika mendengar bahwa mereka bertunangan. Kasihan Taiyou, dia tidak mengerti dengan keadaannya.
Melihat keadaan Taiyou sedang tidak baik, Sieg mencoba untuk menghiburnya. Bukan Sieg namanya kalau dia tidak berusaha sampai akhir untuk menghibur Taiyou biarpun tidak berhasil. Taiyou yang malang, dia yang tidak mengerti dengan keadaannya malah mendapatan pemandangan yang tidak mengenakkan dari partnernya.
Tiba – tiba saja telepon Taiyou berdering. Taiyou pun mengangkat telepon itu,
"Taiyou, banyak Imajin yang menyerang Caffe, bisahkah kau membantuku sebentar?", Taiyou yang mendengar kabar itu lalu bersikap seolah tidak peduli.
"Urus saja sendiri, bakaa!" dan Taiyou menutup telpon itu. Sieg mencoba membujuk untuk membujuknya tapi tetap tidak bisa.
Akhirnya, hanya Sieg yang berangkat tanpa Taiyou.
Malam berlalu dan Sieg belum kembali dari Cafe Aguri Taiyou cemas, Selain makan malamnya belum tersaji di depannya dia mulai kepikiran jika ada sesuatu yang terjadi disana. Tapi Taiyou mencoba untuk melupakannya dan malah memikirkan kembali hubungannya dengan Aguri.
Apa ini namanya cinta?
Pengorbanan dan kesetiaan yang dikeluarkan
Walau aku tersadar dari lamunanku yang cukup panjang
Kuingin sekali saja aku mendapatkan hasil dari lamunan ini
KRIIIING
Ryoutaro kembali menelpon Taiyou. Hanya saja, kali ini Taiyou bersikap tidak mempedulikan telepon kali ini dan tidak mengangkatnya.
"Bukankah sekarang ada lelaki itu? Kenapa harus aku yang selalu ditelponya," ketus Taiyou.
Keesokan harinya, Taiyou yang kelaparan akhirnya keluar dari Zero liner dan mencoba mencari makanan di daerah perkotaan. Sepanjang perjalanan Taiyou memandangi setiap orang yang ia lewati sampai ketika dia melihat Aguri dengan tunangannya. Taiyou mencoba untuk pura –pura tidak melihat tapi tidak bisa. Penasaran akan apa yang sedang mereka lakukan membuat Taiyou tetap melihat mereka menerus sampai di sebuah lorong yang sepi, tiba –tiba saja sebuah Imajin berdiri di depan Taiyou.
"Sial, menghalangi jalanku saja," dengan sigap Taiyou langsung mengeluarkan kartu Zeronos.
Tapi bukannya memasukan kartu itu ke belt-nya dia malah berusaha melawan tanpa menggunakan kartu-nya tersebut. Taiyou tahu bahwa tanpa kekuatan Zeronos hanya akan mempersulit dirinya dan membuat dia semakin cepat keadaannya terdesak, dia dijatuhkan oleh imajin dangan posisi siap menyerang Taiyou. Tanpa disangka, suara tembakan datang dari arah depan dan membuat keadaan Imajin itu lengah. Taiyou menendang perut Imajin dan berhasil membuat dia kabur.
terdengar suara dari arah suara tembakan itu "kau tak apa Taiyou?"
"ya tak apa," mencoba melihat sumber suara itu "ah Sieg ya?'
"syukurlah, mari kubantu." Sieg mencoba membantu Taiyou berdiri.
"bagaimana keadaan cafe Aguri?" tanya Taiyou.
"keadaannya memburuk. Kemarin ada Imajin yang datang menyerang para pelanggan Aguri. Hal ini seringkali terjadi."
"lalu bagaimana hubungan pasangan itu?"
"emmm.."
"jawab saja, aku akan menerimanya!"
"pernikahan mereka dipercepat," dengan nada ragu, Sieg mencoba merangkai kata - katanya kembali "Aguri khawatir jika hal ini terus berlanjut, dia tidak dapat meneruskan pekerjaannya"
"cih,"
"Yu – yuto..."
Malam tiba
Taiyou sedang menikmati pemandangan langit yang penuh dengan bintang di sebuah taman sendirian. Tiba – tiba saja, datang seseorang menghampiri dia.
"malam yang indah ya Taiyou,"
"Ryoutaro? Kau tidak ikut membantu persiapan pernikahan kakakmu?"
"tidak, aku tidak berminat membantu mereka,"
"tidak seperti kamu yang biasanya,"
"bukan seperti itu, hanya saja aku ingin melihat bintang –bintang, sama sepertimu.""
"hooo~"
Mereka berdua sangat menikmati pemandangan hingga tak ada suara sedikitpun yang keluar dari mulut mereka hingga Ryoutaro memulai pembicaraan kembali.
"Taiyou"
"ya?"
"aku melihat dia seperti tidak menikmati apa yang telah terjadi"
"maksudmu? Apa yang kau katakan?! Jangan mengatakan hal yang tak berguna!"
Ryoutaro yang tak terima dengan jawaban itu mendekati Taiyou kemudian menggenggam baju Taiyou dan memandanginya dingin.
"Jika kau lelaki, maka katakan saja!"
"Apa yang harus kukatakan hah?!"
"Katakan aku cinta padamu atau apalah bakaa!"
Genggaman Ryoutaro semakin kuat, seakan tidak menerima setiap ucapan Taiyou kepadanya. Ryoutaro mengepalkan tangan kanannya yang siap mendarat di wajah Taiyou.
"Kalau kau tak berani maka akan kupaksa dengan ini,"
"Lakukan sajaaa!"
BRUKKKK
Ryoutaro menghajar Taiyou berkali –kali, tak sedikit pula balasan datang dari Taiyou. setiap detik telah berlalu, setiap menit telah berlalu hingga 1 jam telah lewat dan mereka – pun akhirnya kehabisan tenaga. Ryoutaro dan Taiyou ambruk dengan arah badan memandang langit yang ternyata semakin terang. Pertarungan terhenti dan mereka termenung melihat pemandangan bintang yang semakin cerah.
"Taiyou, kenapa kau tak serius saat melawanku"
"Kau itu terlalu lemah, aku tak sudi kalau harus mengerahkan semua tenagaku melawanmu"
Mendengar kata – kata Taiyou membuat Ryoutaro ketawa. Taiyou yang kesal melihatnya.
"hei kenapa kau ketawa?!"
"tidak Taiyou, hanya saja terlihat aneh saat aku melihat indahnya langit sambil mendengarkan ocehan orang keras kepala,"
"cih,"
Taiyou makin larut dengan keindahan langit dengan ribuan bintang. Makin lama, makin dalam Taiyou memejamkan matanya. Masih teringat perasaan ini saat dia melihat bintang bersama Aguri. Masih terasa kehangatan dan setiap kata yang Aguri katakan.
Ahhh.. sudah cukup lama aku berada disini
Bintang jatuh akhirnya menampakkan dirinya
Setiap kali melihatnya, entah kenapa aku sangat menikmatinya
Tidak ada yang menghalangi keinginan kita berdua
Karna melody ini masih masih berjalan
Terus terngiang di telingaku
Dengan kamu... di sisiku
Air mata Taiyou mulai nampak, terus diusap seakan ingin menutupinya. Taiyou mengerti apa yang di ada di dalam hatinya. Tapi, dia terlalu egois untuk mengorbankan dirinya berada disana.
Apa tuhan tidak mengizinkan aku mencintai seseorang?
.
.
.
"jadi, apa yang akan kau lakukan?" Ryoutaro menghapus lamunan Taiyou. Dia yakin kalau Taiyou akan menghadiri pernikahan kakaknya.
"aku akan tetap pada pendirianku,"
"baiklah, aku akan menunggumu besok."
"..."
Kemudian Ryoutaro berjalan meninggalkan Taiyou sendirian di taman dan pulang ke rumah. Tapi sebelum dia berangkat, tak jauh jarak antara mereka berdua, Ryoutaro berbalik memandangi Taiyou dari kejauhan dan yakin bahwa Taiyou akan datang besok.
"terima kasih Momotaros,"
"sudahlah Ryoutaro, tak usah mengucapkan terima kasih padaku,"
"haha tak apa, apa kau berfikir hal yang sama denganku?"
"ya, aku yakin dia akan datang setelah pukulanmu mendarat di pipinya!"
"haha bukan itu maksudku momotaros, hanya saja melihat ucapan Taiyou aku yakin dia akan datang!"
"pastii!" jawab Momotaros
.
.
.
Malam hari berlalu dan disambut dengan matahari yang menyinari pagi ini. pelaksanaan pernikahan Aguri begitu khidmat. Seakan tidak ada beban yang tampak pada wajah Aguri membuat semua orang yang berada di gereja begitu menanti janji sehidup semati yang akan Aguri dan Kikuchi ucapkan.
"jadi Aguri – san, apa kau menerima Kikuchi sebagai pasangan – mu sehidup semati?"
"ya a-aku..."
Tiba – tiba saja Aguri menghentikan kata – katanya, dia terdiam sebentar memandanginya sebuah hiasan bunga yang berada tepat didepannya.
"Ehm Aguri-san, apakah kita bisa mengulanginya lagi?"
Sekejap Aguri tersadar kembali.
"ah – ya bisa"
"baiklah, jadi Aguri–san, apa kau menerima Kikuchi sebagai pasangan – mu sehidup semati?"
Aguri kembali mengulangi perbuatannya lagi. Kali ini Aguri mulai tidak bisa menghentikannya. Pendeta dan Kikuchi mulai kebingungan dengan kelakuan Aguri yang mulai aneh.
"dia akan segera datang"
Semua orang terkejut sekaligus bingung dengan ucapan Aguri. Mereka bertanya – tanya siapa orang itu. Kikuchi mulai gerah dengan kelakuan Aguri, dia menampakan wajah kekesalannya.
"Aguri cukup, siapa orang yang kau maksud? Ayolah kita sudah sampai sejauh ini"
"dia sudah berada disini" Aguri mulai tersenyum.
DRUAAAAAAAAKKK!
Taiyou kembali dan membuat Aguri dan setiap orang yang melihatnya begitu tercengang. Tidak ada yang menyangka kalau Taiyou akan datang, bukan, tapi tidak ada yang menyangka orang yang semua orang tidak tahu siapa dia dan darimana asalnya akan datang dengan niat menghentikan pernikahan itu.
"Aguri, a-aku kembali"
"Sakurai – kun..."
Taiyou dan Aguri saling pandang. Tak disangka, ingatan Aguri perlahan mulai kembali. Berbagai peristiwa bersama Taiyou kembali diingatnya.
"Sakurai Taiyou", katanya lagi.
Melihat hal itu, Taiyou menemukan semangatnya kembali dan tak rela jika harus membiarkan kesempatan ini begitu saja.
"Tangkap!, tangkap dia, usir dia dari sini," dengan sigap Kikuchi langsung menyuruh para penjaga mengamankan Taiyou yang mencoba mendekati Aguri.
Semakin kuat mereka menahan Taiyou, maka semakin kuat juga Taiyou melawan mereka. Melihat Aguri yang semakin larut akan ingatannya yang dulu, membuat Kikuchi gelisah. Gelisah takut Aguri akan jatuh ke tangan orang itu.
"Oreaaaaa!" teriak Taiyou menyambut para penjaga dengan pukulan – pukulan dari genggaman tangannya.
"Onee-san jangan dekati laki – laki itu. Dia lelaki jahat dengan menggunakan kekuatan Imajin untuk mendekati One – san!" teriak lelaki dari arah pintu yang tidak lain adalah Ryoutarou Nogami.
"Arrrggghh... sudah habis kesabaran ku Nogami! Kenapa hatimu – sekali saja melihat kesungguhan cintaku, setiap kali kita bersama dan kencan kenapa kau selalu menyebut nama orang itu!" Seru Kikuchi ke Aguri,
"Sudahlah, hey kalian para Imajin keluarlah dan habisi semua orang ini tanpa ada yang tersisaa!" teriak kikuchi memanggil semua Imajin yang bersarang di tubuh semua penjaga.
"Taiyou serahkan ini padaku, biar kamu menolong Onee-san," sahut Ryoutarou
"Baiklah, terima kasih Nogami," jawab Taiyou.
"baiklah sekarang giliran kita, ayo minna!"
Henshin
MomoUraKinRyuu Climax Form
.
.
.
"ayo Aguri," Taiyou yang membantu Aguri berdiri memegang erat tangan Aguri "i – iya," jawab Aguri tersipu malu.
Mereka berhasil keluar dari gedung itu dan tanpa disadari ternyata Kikuchi sudah menunggu di luar.
"rupanya kalian mencoba lari, lupakan saja! Semua gedung sudah aku kuasain," teriak Kikuchi.
"hn, coba saja kalau tangan – mu berani menyentuh Aguri!" jawab Taiyou.
Tiba – tiba keluar Imajin dari tubuh Kikuchi, "Serang Dia!" perintah Kikuchi.
Kali ini Taiyou tidak dapat berbuat banyak, apalagi jika harus meminta bantuan dari Ryoutaro atau Sieg. Mereka pasti sudah kerepotan melawan para Imajin di dalam.
"rasakan ini!" seru Imajin sembari memukul tubuh Taiyou.
Berulang kali Taiyou selalu menerima pukulan dari Imajin hingga akhirnya Taiyou tumbang dengan pukulan yang mengenai muka-nya. Ternyata, Imajin itu tidak puas hanya menghajar Taiyou. Dia mulai berjalan mendekati Aguri dan langsung saja tangan Imajin itu mulai mengepal dan mendaratkan tangannya di wajah Aguri.
Melihat hal itu, Taiyou yang tadinya terbaring tak berdaya langsung berdiri lalu berlari ke arah Aguri yang terlempar cukup jauh dari letak posisi Imajin itu," kau tak apa Aguri?" ucap Taiyou dengan nada khawatir.
"Sa – sakurai Taiyou, betapa indah namamu," ucap Aguri dengan nada lemah tak berdaya sembari memegang pipi Taiyou yang penuh keringat.
Taiyou yakin bahwa Ingatan Aguri tentang keberadaan dirinya sudah kembali, hanya saja ini bukan yang diharapkan Taiyou. Melihat Aguri yang semakin tak berdaya, mau tak mau Taiyou harus bisa melindungi orang yang disayangi – nya itu.
"maaf Aguri, sekali lagi aku akan keluar dari ingatan – mu hanya sebentar, hingga waktu mempertemukan kita kembali, walaupun aku tidak tahu itu kapan," dengan sigap Taiyou memakai – kan Aguri jaket – nya yang berwarna putih itu.
Aku percaya dengan yang namanya keajaiban
Keajaiban adalah murni pemberian dari tuhan dan tak akan ada yang dapat menggantikannya
Memberikan kebahagiaan dan rasa sayang
Walau hanya sebentar saja
Inilah keajaiban itu
Zero Times
"HENSHIN!"
ALTAIR FORM
"ka-kamen rider Zeronos?!" ucap Imajin itu dengan nada setengah tak percaya.
"Saisho ni itte oku, ore wa kanari tsuyoi!" seru Taiyou meneriakkan Slogannya dan gayanya
yang khas. Sekejap saja, Taiyou langsung mengeluarkan pedang yang bernama ZeroGasher.
"mati kaau!" teriak Imajin yang membuat suasana semakin tegang.
Imajin itu mengeluarkan sebuah cambuk untuk menyerang Taiyou. Tapi, setiap serangan yang dihasilkannya dapat ditangkisnya.
"menyerahlah saja sekarang, kau tidak dapat berbuat apa!" ucap Taiyou.
"hng, sial!" dengan nada yang menampakan bahwa Imajin itu sudah tampak kelelahan
menghadapi Taiyou.
"cukup sampai sini, matilah kau!"
FULL CHARGE
Tanpa basa basi Taiyou langsung menyiapkan jurus pamungkasnya. Sebuah serangan melesat menembus tubuh Imajin itu dan meledak. Taiyou lega akhirnya dapat mengalahkannya dan yang terpenting adalah menjaga Aguri tetap selamat.
Zero Times Epilogue
.
.
.
.
"Yu – yuto ka tak apa?" tanya Sieg melihat Taiyou memegang kartu Zeronos yang lenyap.
"ya aku tak apa," jawab Taiyou.
"ta – tapi, kau menggunakan kekuatan Zeronos dan ingatan Aguri akan segera...,"
"aku bilang tak apa," jawab Taiyou lagi dan sekarang dia memasang muka yang tersenyum, mencoba meyakinkan Sieg yang khawatir padanya.
"ah Aguri terbangun!" ucap Sieg
"A – apa yang telah terjadi?" tanya Aguri yang baru terbangun dan sepertinya ingatannya tentang Taiyou selama ini yang telah dibangunnya telah menghilang. Segera, semua orang yang berada disana langsung membangunkan Aguri.
"aku senang Taiyou kau bisa bertahan sampai saat ini," ucap Ryoutarou yang tiba – tiba muncul dari belakang.
"hn,"
"kau tahu, jika kita percaya, keajaiban akan datang lagi tanpa kau minta sekalipun," lanjut Ryoutarou.
"ya, aku percaya itu Nogami," jawab Taiyou.
"Ryuu - chan, siapa orang yang ada disebelahmu itu? Kau belum pernah memperkenalkannya padaku?" tanya Aguri dari kejauhan.
"jawablah Taiyou, sepertinya dia ingin mengenalmu"
"err ta – tapi," jawab Taiyou sedikit ragu.
"ayo cepat jawab,"
"baiklah,"
"namaku Sakurai, Sakurai Taiyou."
-END-
Yossha! Akhirnya selesai setelah pergulatan dengan otakku dan CAPSLOCK yang somplak. Disini aku terinspirasi dari Kamen Rider Zeronos, secondary Kamen Rider dari seri Kamen Rider Den-O. Ini sebenernya juga terinspirasi dari Movie Kamen Rider Den-O Trilogy yang version Red. Maaf kalo gaje dan abal :P
Here's the Character:
-Sakurai Taiyou: Me, the Author (Kepribadianku sama kayak Yuuto)
-Nogami Aguri: Anggrid (Kepribadiannya dia persis Airi)
-Nogami Ryoutarou: ?
-Sakuraba Kikuchi: Priyo (Sok-sokan sih orangnya jadi aku kasih yang jelek lagi nyehehe :v)
-Sieg & Momotaros: ?
Tag :
Fan Fiction,
Tenager XG,